Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliah di Kedokteran, Mendulang Sukses di Bisnis Cuci Sepatu

Kompas.com - 01/06/2016, 08:00 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berawal dari membuka jasa cuci sepatu di emperan kos-kosan, Tirta Air Mandira Hudhi (25) kini berhasil memiliki 19 gerai di beberapa kota di Indonesia, termasuk di Singapura.

Bahkan, berkat gerai cuci sepatu yang diberinya nama "Shoes And Care" ini, Tirta mendapat penghargaan dari Google.

Sejak kecil, Tirta Air Mandira Hudhi bercita-cita menjadi seorang dokter. Setelah lulus SMA, pria kelahiran Karanganyar, 30 Juli 1991, ini lantas meneruskan studinya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Kuliah di Fakultas Kedokteran UGM tak semulus yang diperkirakan. Meski biaya kuliah di UGM saat itu terbilang masih sangat murah, namun ia harus memutar otak demi bisa membeli buku-buku medis yang harganya mahal. Ditambah ia harus mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari di Yogyakarta.

"Pada waktu itu yang menjadi problem adalah membeli electronic book, buku-buku medis yang harganya mahal. Saya tidak ingin merepotkan orangtua dengan mengandalkan uang saku, jadi bertekad mencari uang sendiri," ucap Tirta saat ditemui Kompas.com di gerai Shoes and Care miliknya di Jalan Cendrawasih Demangan, Sleman, Selasa (31/05/2016).

Makan roti basi

Dari tekad untuk mencari uang tambahan itulah akhirnya Tirta membuat usaha mulai dari bidang informasi dan teknologi (IT) sampai fashion. Semuanya dipasarkan dengan basic online. Namun usaha yang dirintisnya itu malah bangkrut.

"Tahun 2010 saya juga buka usaha jual beli sepatu, dan justru di situ juga gagal," katanya.

Kegagalan dalam membuka usaha itu membuatnya benar-benar tidak memiliki uang lagi. Bahkan Tirta terpaksa harus makan roti basi karena saking tidak ada uang untuk hidup.

"Benar-benar tidak ada uang, seminggu saya makan roti basi. Saya merefleksikan diri, apa yang salah dengan usaha itu, kenapa sampai gagal," tuturnya.

Dalam keterpurukannya itu, Tirta teringat masih memiliki sepatu-sepatu bekas. Sepatu itu ia kumpulkan dan dibersihkan. Setelah bersih, sepatu bekas itu lantas dijualnya.

"Uang itu yang menjadi tambahan untuk hidup saya di saat terpuruk. Lumayan bisa untuk menyambung hidup, tapi saya saat itu memutuskan belum membuka usaha lagi," tandasnya.

 

Jasa cuci sepatu

Pada tahun 2013 saat menjalani ko-asisten (Koas) di Cilacap, Tirta membeli cairan pembersih sepatu. Di sela-sela aktivitas Koas, ia menghabiskan waktu dengan membersihkan sepatunya di mes. Beberapa teman Koas melihat dan meminta agar sepatu mereka juga dibersihkan. Dari situlah Tirta mempunyai ide untuk membuka jasa cuci sepatu kecil-kecilan.

"Modal saya saat itu Rp 400.000, untuk beli pembersihnya. 12 Oktober 2013 itu saya membuka jasa cuci sepatu, namanya 'Shoes and Care;," tegasnya.

Usaha cuci sepatu tersebut dipasarkan melalui situs jual beli online. Saat itu, Tirta menggunakan sistem jemput bola dengan mengambil sepatu yang ingin dicuci. Dalam sebulan, ia mampu mendapat orderan 20 sampai 30 pasang sepatu. Penghasilan per bulannya Rp 1 juta sampai Rp 2 juta.

"Saya bolak balik-naik motor Supra, COD-an ambil sepatunya. Ya, penghasilan itu cukup untuk hidup selama Koas. Kan kalau Koas belum dapat gaji," urainya.

Saat kembali ke Yogyakarta, tepatnya pada bulan Februari 2014, Gunung Kelud meletus. Abu letusan Gunung Kelud bahkan sampai ke Yogyakarta. Rumah, motor sampai dengan sepatu saat itu dipenuhi abu Gunung Kelud.

Bencana ini membawa berkah bagi Tirta. Ia kebanjiran pesanan membersihkan sepatu.

"Saya pindah Koas di (RS) Sardjito, saat pulang jaga lihat sepatu sudah kena debu. Saya bersihkan dan ternyata banyak teman-teman kos lagi-lagi nitip," kata Tirto.

Dari teman kos, akhirnya informasi mengenai jasa cuci sepatu Shoes and Care menyebar. Agar lebih banyak orang yang tahu, Tirta pun mempromosikan jasanya lewat media sosial. Ada empat media sosial yang ia gunakan saat itu, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook dan situs jual beli online.

"Yang awalnya dianggap sepele setelah saya buka empat medsos itu resposnya jadi luar biasa. Saya mengerjakan membersihkan sepatu itu di emperan kos-kosan di daerah Pogung itu," tuturnya.

Diakuinya, saking banyaknya klien, sampai-sampai emperan kos-kosanya di daerah Pogung, Mlati, Sleman, penuh dengan sepatu. Ia pun terpaksa harus menitipkan beberapa sepatu di warung depan kosnya.

 

"Saya sampai mau diusir sama yang punya kos, karena banyak sepatu di emperan. Ya, akhirnya saya titipkan di warung depan kos," kenangnya lantas tertawa.

Dari awalnya ia hanya mendapat Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per bulan dari hasil cuci sepatu. Setelah itu, penghasilan Tirta kian melonjak. Ia dapat meraup keuntungan sampai Rp 10 juta per bulan.

Bikin gerai

KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Tirta Air Mandira Hudhi saat mempraktikkan tahap-tahap membersihkan sepatu di gerai Shoes And Care jalan Cendrawasih Demangan Sleman, Selasa (31/05/2016)

Belajar dari kegagalan usahanya di awal, uang hasil cuci sepatu itu ia tabung untuk membuka gerai Shoes and Care. Alhasil, gerai pertama Shoes and Care dibuka di Jalan Langenastran Lor No 16, Kota Yogyakarta.

Berkat keuletan dan kegigihanya, perlahan-lahan putra pasangan Sutarjo dan Yohana Slamet ini berhasil mengembangkan usahanya. Kini, ia memiliki 19 gerai, baik toko maupun agen. Gerai tersebut tersebar di berbagai kota, di antaranya Yogyakarta ada 5 gerai, Solo, 3 gerai, Semarang 1 gerai, Jakarta Selatan 3 gerai, Tangerang 1 gerai, Bandung 1 gerai, Medan 2 gerai, Palembang 1 gerai, Depok 1 gerai dan Singapura 1 gerai.

"Sekarang ada 80 orang yang bekerja di Shoes And Care. Ada tim kreatifnya juga yang terus mengembangkan usaha ini," urainya.

 

Dari jasa cuci sepatu ini, Tirta juga mendapat penghargaan dari Google. Gerai Shoes and Care dianggap usaha yang paling banyak dicari di Google.

"Kita mendapat penghargaan karena paling banyak di cari di Google. Menjadi sebuah kebanggan tersendiri karena usaha ini berawal dari emperan kos-kosan," ujarnya.

Meski dikatakan telah sukses membuka usaha jasa cuci sepatu, namun Tirta tetap ingin menjadi seorang dokter. Sebab menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil.

"Tetap fokus menjadi dokter, saya sudah disumpah dokter dan tinggal menjalani internship di RS UGM. Dokter Itu cita-cita saya sejak kecil, jadi harus kesampaian," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com