Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliah di Kedokteran, Mendulang Sukses di Bisnis Cuci Sepatu

Kompas.com - 01/06/2016, 08:00 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

 

Jasa cuci sepatu

Pada tahun 2013 saat menjalani ko-asisten (Koas) di Cilacap, Tirta membeli cairan pembersih sepatu. Di sela-sela aktivitas Koas, ia menghabiskan waktu dengan membersihkan sepatunya di mes. Beberapa teman Koas melihat dan meminta agar sepatu mereka juga dibersihkan. Dari situlah Tirta mempunyai ide untuk membuka jasa cuci sepatu kecil-kecilan.

"Modal saya saat itu Rp 400.000, untuk beli pembersihnya. 12 Oktober 2013 itu saya membuka jasa cuci sepatu, namanya 'Shoes and Care;," tegasnya.

Usaha cuci sepatu tersebut dipasarkan melalui situs jual beli online. Saat itu, Tirta menggunakan sistem jemput bola dengan mengambil sepatu yang ingin dicuci. Dalam sebulan, ia mampu mendapat orderan 20 sampai 30 pasang sepatu. Penghasilan per bulannya Rp 1 juta sampai Rp 2 juta.

"Saya bolak balik-naik motor Supra, COD-an ambil sepatunya. Ya, penghasilan itu cukup untuk hidup selama Koas. Kan kalau Koas belum dapat gaji," urainya.

Saat kembali ke Yogyakarta, tepatnya pada bulan Februari 2014, Gunung Kelud meletus. Abu letusan Gunung Kelud bahkan sampai ke Yogyakarta. Rumah, motor sampai dengan sepatu saat itu dipenuhi abu Gunung Kelud.

Bencana ini membawa berkah bagi Tirta. Ia kebanjiran pesanan membersihkan sepatu.

"Saya pindah Koas di (RS) Sardjito, saat pulang jaga lihat sepatu sudah kena debu. Saya bersihkan dan ternyata banyak teman-teman kos lagi-lagi nitip," kata Tirto.

Dari teman kos, akhirnya informasi mengenai jasa cuci sepatu Shoes and Care menyebar. Agar lebih banyak orang yang tahu, Tirta pun mempromosikan jasanya lewat media sosial. Ada empat media sosial yang ia gunakan saat itu, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook dan situs jual beli online.

"Yang awalnya dianggap sepele setelah saya buka empat medsos itu resposnya jadi luar biasa. Saya mengerjakan membersihkan sepatu itu di emperan kos-kosan di daerah Pogung itu," tuturnya.

Diakuinya, saking banyaknya klien, sampai-sampai emperan kos-kosanya di daerah Pogung, Mlati, Sleman, penuh dengan sepatu. Ia pun terpaksa harus menitipkan beberapa sepatu di warung depan kosnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com