Ibu Feby mengatakan bahwa Feby tidak pernah memanggil dirinya sendiri dengan sebutan “Fibi” ataupun “Bi”, dan tidak menggunakan kata “mama”, dibandingkan kata “Ma” saja.
Saya menduga, bisa jadi cara menyebutkan nama “Kak Diyanti” juga merupakan satu kejanggalan. Tidak biasanya Feby memanggil Diyanti dengan cara begitu. Termasuk juga cara Feby mengetikkan kata “di sini” juga tidak seperti di SMS ini (d sini)
"Mama jangan lupa makan, jaga kesehatan mama, d sini fibi baik2 saja.kak Diyanti khawati bgt" begitu tulisan dalam pesan.
Ibu Feby sempat mengungkapkan bahwa cara SMS itu menasehati dirinya juga merupakan satu kejanggalan. Feby tidak pernah menanyakan dirinya sedang ngapain, apalagi menasehati dirinya untuk “jangan lupa makan, jaga kesehatan mama”.
Ini perubahan gaya bicara/cara berbicara dengan seseorang. Termasuk juga, berubahnya gaya SMS Feby dari yang semula “singkat” menjadi panjang.
Dengan kata lain, setelah Anda mengenal teknik SCAN ini, Anda ataupun penegak hukum bisa berhipotesa bahwa laporan Ibu dan sepupu Feby ini bisa jadi benar, bahwa memang handphone tersebut berpindah tangan atau seseorang telah mengetikkan SMS atas nama Feby untuk mengelabui Ibu dan sepupu Feby.
Ketika kemudian ternyata Feby dibunuh, pesann SMS ini bisa jadi membantu polisi dalam melakukan penyidikan. Polisi bisa minta kepada penyedia jasa telekomunikasi terkait untuk melacak dari mana SMS tersebut dikirim pada waktu terkait.
Akhir kata, saya senang sekali bila teknik SCAN ini kemudian juga dipahami oleh kita semua, termasuk penegak hukum. Semakin banyak orang yang bisa menganalisa verbal (lisan, tulisan ataupun rekaman), maka semakin banyak orang yang bisa mendeteksi jujur dan bohong.
Penulis adalah pengarang buku“Mendeteksi Bohong” yang akan diluncurkan akhir Mei 2016.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.