Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar: Bener Enggak Mau Tembakau? Tutup Saja Pabrik Rokok

Kompas.com - 04/05/2016, 09:20 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ingin masyarakat bisa lebih terbuka dalam melihat persoalan tembakau yang kerap dipermasalahkan para aktivis kesehatan.

Menurut dia, persoalan tembakau tidak saja berkaitan dengan masalah kesehatan, tetapi juga menyangkut kehidupan para petani, pendapatan negara, dan perekonomian masyarakat.

“Saya pernah sampaikan, bener enggak mau tembakau? Kalau enggak mau, tutup saja seluruh pabrik rokok. Yang punya itu orang paling sugih (kaya) se-Indonesia, bayar pajaknya juga ya duwur (tinggi),” kata Ganjar di depan ribuan petani tembakau di lereng Gunung Sindoro, Temanggung, Selasa (4/5/2016) sore.

Dia juga meminta kalangan dewan untuk tidak terjebak pada persoalan tembakau dalam merumuskan aturan rancangan UU Pengendalian Tembakau. Politik tembakau perlu disikapi secara hati-hati agar tidak terjebak kepentingan tertentu.

Rokok yang dinilai merusak kesehatan, lanjut dia, juga perlu ditelaah bersama. Produk tembakau dari berbagai negara perlu dilihat juga kaitannya dengan peran pengusaha melakukan impor tembakau. Jangan sampai ada anggapan tembakau lokal dianggap merusak kesehatan, sementara dari luar tidak.

“Tugasnya mari mari hitung bersama. Apakah produk merusak kesehatan, saya enggak setuju soal ini. Kalau begitu kita harus buat tembakau paling baik kelas dunia disandingkan dengan Jerman,” kata dia.

“Segala sesuatu yang diturunkan Gusti (Tuhan) pasti ada manfaatnya, termasuk tembakau ini,” tambahnya.

Ke depan, dia berharap, para petani, maupun Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) bisa mendata ulang seluruh produksi tembakau, jumlah petani tembakau, hingga kebutuhan tembakau secara nasional.

Data itu harus didapatkan sebelum berbicara kepada anggota dewan di Jakarta. Jika kebutuhan tembakau bisa dicukupkan dengan tembakau lokal, kebijakan impor diminta ditutup. Demikian juga sebaliknya.

“Tapi kalau impor tembakau tinggi, tapi produksi tembakau nasional tidak dibeli itu (kebijakan) ngawur,” tutur pria 47 tahun ini.

“Impor boleh, tapi beli dulu 100 persen tembakau lokal. Tapi syaratnya kuota lokal harus bagus,” tambahnya.

Ganjar pun mengaku akan menyampaikan aspirasi para petani ke DPR RI. Namun, ia ingin para petani membantunya memberikan data yang diminta tersebut.

“Kalau disuplai informasi, saya enggak keberatan. Saya akan sampaikan pada Jakarta,” imbuh mantan anggota DPR RI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com