Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Ini Hidup Serumah dengan Ribuan Laba-laba Besar

Kompas.com - 03/05/2016, 09:59 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Lucu. Begitulah The Ming Cu (28) mendeskripsikan laba-laba berukuran besar atau biasa dikenal dengan nama tarantula.

Bagi sebagian orang, khususnya perempuan, tarantula adalah binatang yang mengerikan dan berbahaya. Namun tak demikian bagi Ming Chu.

Alih-alih takut, Ming Chu mengaku sudah jatuh cinta pada tarantula. Bahkan, kini ia hidup serumah dengan ribuan jenis tarantula.

Sebuah ruangan besar di lantai dua rumahnya kini "disulap" menjadi tempat menyimpan ragam jenis tarantula dari berbagai negara. Setiap ekor tarantula ia simpan di toples yang besarannya disesuaikan dengan ukuran tubuh laba-laba tersebut.

"Pertama kali suka tarantula gara-gara melihat laba-laba di kebun warnanya cantik, saya kumpulin difoto. Kemudian ada yang nawarin saya memelihara tarantula jenis Avicularia Versicolour hasil ternakan dan jenisnya termasuk jinak," jelas Ming Chu saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Jalan Otista, Kota Bandung, Selasa (3/5/2016).

Lantaran kadung cinta pada tarantula, Ming Chu lalu membeli beberapa ekor tarantula. Bahkan, saat ini ia sukses membudidaya tarantula dari beragam jenis secara otodidak. Dengan kemahirannya membudidaya, ia pun kerap dipanggil "Ratu Tarantula".

"Saya beli lagi, ketagihan, beli lagi, ternyata dia bertelur. Saya rawat telurnya, saya beli bukunya khusus cara merawat tarantual terbitan luar negeri, akhirnya bisa membudidaya," tutur Ming Chu yang saat ini sudah memiliki lebih dari 1.000 ekor tarantula.

Sempat dilarang keluarga

Sukses membudidaya tarantula tak jadi jaminan ia mendapat restu dari keluarga. Kedua orangtuanya sempat melarangnya untuk memelihara tarantula lantaran dianggap berbahaya.

"Respons keluaraga, mereka kaget kok kayak gini yang dipiara. Mereka bertanya ini bahaya gak, mematikan gak. Tapi setelah saya beri pengetahuan soal tarantula, mereka mengizinkan. Mereka masih takut tapi masih wajar. Untungnya gak sampai paranoid," ucapnya.

Restu dari orangtua menjadi motivasi Ming Chu untuk mengeksplorasi keahliannya membudidaya tarantula agar punya nilai ekonomis. Tergabung bersama komunitas Tarantula Keeper Indonesia, ia mendapat banyak pesanan tarantula.

"Tahun 2012 saya mulai jual, awalnya hanya di lingkungan komunitas, tapi mulai berkembang, sampai saya mendapat pesanan hingga Eropa seperti Inggris, Polandia, Jerman dan Swedia," ungkapnya.

Mendapat 14 gigitan tarantula

Meski mencintai tarantula, Ming Chu sadar akan bahaya yang dia hadapi. Puluhan taring dan racun tarantula pernah menancap di bagian tangannya. Efeknya beragam, dari mulai hanya kesemutan hingga harus masuk ruang gawat darurat.

"Yang saya ingat sudah 14 kali digigit tarantula. Pertama kali saya kegigit sama tarantula racunanya rendah hanya kesemutan setangan, semalam hilang hanya dikompres pakai es," ujarnya.

"Tahun lalu, pas malam imlek saya terima paket kiriman tarantula. Saya keluarin tarantulanya, saya ceroboh tangan saya kegigit jenis poecilotheria formosa (high venom) hingga masuk rumah sakit. Badan mendadak menggigil, meriang, saya tak bisa tidur semalam suntuk," lanjutnya.

Meski begitu, ia tak pernah kapok. 14 gigitan tarantula tak mengubah pandangannya tentang tarantula sebagai hewan yang eksotis dan lucu.

"Memang perlu kehati-hatian, jangan ceroboh. Tapi tarantula tidak punya bisa mematikan, masih jauh lebih rendah daripada bisa ular. Walaupun pernah digigit, saya tetap sayang sama mereka," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com