SURABAYA, KOMPAS – Satu bulan terakhir, angka kriminalitas berupa penjambretan dan pencurian dengan memecah kaca mobil mengalami peningkatan di Surabaya, Jawa Tumur.
Untuk mengurangi keresahan warga, jajaran Polrestabes Surabaya diminta lebih tegas menindak pelaku kejahatan.
Tempat kejadian perkara (TKP) akhir-akhir ini paling sering di Jalan RA Kartini. Warga mengaku kawasan ini rawan aksi kriminal penjambretan karena menjelang malam relatif sepi dan minimnya penerangan jalan.
Warga yang tinggal di wilayah Kelurahan dr Soetomo, Kecamatan Tegalsari, menyebutkan, hampir setiap hari pagi dan sore, ada aksi penjambretan di kawasan terdekat, Jalan RA Kartini atau jalan lain di sekitarnya.
Banyaknya perempatan di kawasan ini juga memudahkan pelaku kejahatan melarikan diri dengan kendaraan sepeda motor berkecepatan tinggi.
Menurut Priyanto (35), warga Kartini Tegal yang ditemui Selasa (19/4/2016), gejala ini sudah berlangsung lama. Penyebabnya, Jalan RA Kartini sering dijadikan rute pelarian kendaraan sepeda motor penjambret karena memang tidak ada hambatan.
"Jam 9 pagi saja di jalan ini sudah sepi, setelah anak sekolah dan karyawan berangkat. Biasanya sasaran penjambretan ibu-ibu yang menggunakan sepeda motor dan membawa tas tangan yang diletakkan di bahu. Penjambret mengincar tas perempuan berisi barang-barang berharga, minmal dompet dan telepon seluler," katanya.
Hadi (60), warga Kartini Tegal menjelaskan, sore dan malam sekitar pukul 20.00 WIB, kondisi wilayah ini juga sepi. Kondisi itu terjadi di segitiga Jalan Diponegoro, Kartini dan Imam Bonjol. Kawasan tersebut seperti daerah Kebayoran Lama di Jakarta, yang dipenuhi rumah besar dan berpagar tinggi.
Meski ada penerangan jalan, umumnya jalan tertutup rimbunnya pepohonan. Lantaran tidak ada lalu lalang orang berjalan kaki, pedagang kaki lima yang sempat tumbuh pada tahun-tahun lalu menutup usahanya.
"Sebenarnya dulu waktu masih ada kaki lima, jambret mengendur. Pernah ada penjambret yang terjebak di Jalan Imam Bonjol yang pada jam tertentu ditutup pagar. Namun, hanya sekali itu saja kejadian itu. Selebihnya, jambret selalu sukses menjalankan aksinya. Polisi ada, namun hanya lewat saja. Kalau ada pos polisi mungkin akan membuat penjambret menghindar," kata Eko (30).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.