Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siti "Menyulap" Gelas Plastik Bekas Minuman Menjadi Tas Unik

Kompas.com - 18/04/2016, 08:30 WIB
Slamet Widodo

Penulis

KOMPAS.com - Semua barang bekas jika dimanfaatkan dengan baik maka akan tercipta hasil yang berguna dan mempunyai nilai jual. Seperti yang dilakukan Siti Mufida (30), wanita asal Desa Bogoran, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek Jawa Timur.

Meski memiliki keterbatasan pada penglihatan,  Ibu satu anak ini dengan kreativitasnya berhasil menyulap bibir gelas plastik bekas minuman ringan menjadi sebuah tas yang memiliki nilai ekonomis.

Dia memanfaatkan bagian bibir gelas plastik tersebut menjadi tas yang unik, cantik, dan menarik.

Dengan cekatan, tangannya  merangkai bibir gelas plastik yang sudah dipotong dan dibersihkan sehingga terbentuk rangkaian lingkaran aneka warna.

Corak asli gelas bekas, memberi kesan unik dan menarik setelah terangkai dengan benang. Setelah semua terangkai hingga terbentuk sebuah tas, kemudian ditambah kain dengan warna senada, untuk menutup ronggga rangkaian gelas plastik bekas.

Tidak ada kesulitan yang berarti dalam proses merangkai tas berbahan barang bekas ini. Hanya saja butuh tenaga ekstra, ketika memotong bibir gelas bekas hingga membersihkan. Sebab, kalau tidak hati hati bibir gelas bisa rusak hingga warna asli dari gelas plastik ini akan hilang.

“Bagian yang sulit adalah pas ketika awal memotong bibir gelas dan membersihkan. Pada bagian ini harus hati-hati untuk menjaga warna corak gelas tetap utuh. Selain itu, pada bagian ini membuat tangan menjadi pegal-pegal,” jelas Siti.

Awalnya, Siti tidak terbersit untuk membuat tas dari bahan bekas ini. Namun setelah belajar, ia justru ketagihan dan berusaha membuat tas sebagus mungkin. Ditambah lagi bahan baku tas buatannya sangat mudah didapat dari lingkungan sekitar. Walaupun kadangkala, Siti juga harus berburu ke pengepul barang bekas guna menambah bahan baku, serta mengurangi sampah.

“Saya mempelajari ini dari kakak. Awalnya tidak terbersit untuk ikut membuat. Namun setelah diajari, saya justru ketagihan dan berusaha membuat sendiri. Apalagi bahan baku tas buatan saya mudah didapat dari lingkungan sekitar sekalian mengurangi sampah, terkadang saya berburu ke pengepil barang bekas untuk tambahan bahan,” ujar dia.

Meski baru berjalan tiga bulan terakhir, hasil karya Siti sudah mulai dikenal oleh masyarakat setempat. “Sementara ini saya membuat tas ketika ada pesanan saja,” ungkapnya

Dalam satu hari, Siti mampu menghasilkan satu buah tas dengan modal kurang lebih Rp 25.000. Harga satu tas yang belum diberi merek dagang ini, dijual dengan harga Rp 40.000 Rp 50.000.

Keterbatasan modal dan infrastruktur di daerahnya membuat pemasaran tas produk wanita berkulit sawo matang ini masih di seputaran Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek. 

“Tas buatan saya, banyak dipesan warga sekitar sini saja. Karena jalan dari rumah sulit, serta jaringan selular sangat lemah di wilayah saya. Selain itu,modal yang terbatas menjadi kendala dalam pembuatan tas saya,” katanya.

Tri Rahayu, warga Trenggalek yang sudah membeli produk Siti mengaku tas tersebut cocok dipakai pergi ke acara formal maupun non formal.

"Harganya sangat terjangkau dan murah dibanding dengan nilai hasil karyanya. Tas buatan Siti ini sangat bagus, rangkaiannya rapi,bersih serta terkesan mewah. Saya sering memakai tas ini ke acara formal maupun non formal,"  kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com