Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Lompat Batu Nias di Salatiga

Kompas.com - 17/04/2016, 07:30 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com - Indonesian International Culture Festival (IICF), acara yang mengangkat kebudayaan Indonesia yang digambarkan lewat berbagai suku yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, kembali digelar.

Tahun ini, acara yang digelar Senat Mahasiswa Universitas (SMU) UKSW ini mengangkat tema "Bhineka Tunggal Ika".

Sebagai pembuka, digelar sebuah pawai budaya, Sabtu (16/4/2016), yang diikuti 19 etnis di Indonesia bahkan perwakilan dari Timor Leste.

Pawai ini dimulai dari lapangan sepak bola UKSW lalu menyusuri sejumlah ruas jalan di kota Salatiga, sebelum kembali ke UKSW.

Ribuan masyarakat Kota Salatiga, Jawa Tengah, sejak pagi telah memadati sejumlah ruas jalan protokol yang akan dilalui pawai budaya ini.

Apalagi, tahun ini peserta pawai budaya tidak hanya memamerkan pakaian daerah saja namun juga menggelar atraksi atau permainan tradisional dari daerah mereka masing-masing.

"Saya memilih di Bundaran Kolaka, karena katanya disini peserta pawai akan unjuk kebolehan memamerkan permaian tradisionalnya," kata Hesti Dyaz (35), seorang warga Salatiga.

Benar saja, saat iring-iringan peserta suku Nias sampai di Bundaran Kolaka, mereka menampilkan permainan lompat batu atau dalam tradisi setempat disebut sebagai Fahombo.

Dua pemuda memegang kedua ujung tongkat yang disejajarkan setinggi 1.5 meter, untuk menggantikan batu susun yang di tempat asalnya mencapai tinggi 2 meter.

Tongkat tersebut lantas dilompati sejumlah pemuda berkostum adat Nias. Atraksi permainan tradisional ini tak luput dari jepretan kamera masyarakat yang menyaksikannya.

Selain lompat batu dari Nias, beberapa permainan lainnya yang disuguhkan adalah Saureka-reka oleh etnis Maluku, permainan Benteng dari etnis Papua, berbalas pantun oleh mahasiswa Lampung dan etnis Batak Toba memainkan Margala.

Tak hanya di Bundaran Kolaka, peserta pawai juga unjuk kebolehan permainan tradisional ini di dua titik lainnya, yaitu di Jalan Kartini dan depan Hotel Mutiara.

Selain barisan 19 etnis, pawai juga dimeriahkan dengan sajian drumblek, reog dan topeng ireng.

Pawai Budaya IICF ini dibuka secara resmi oleh Wali Kota Salatiga Yuliyanto, didampingi Rektor UKSW John A.Titaley dan Kapolres Salatiga AKBP Yudho Hermanto.

Dalam sambutannya John A Titaley menyampaikan rasa syukurnya karena festival perayaan budaya dapat kembali diselenggarakan di kampus UKSW.

Pawai seperti ini sudah diadakan UKSW sejak 1975 dan sekaligus menjadi sebuah kesempatan untuk membagikan keberagaman budaya di dalam UKSW pada masyarakat.

"Pawai festival budaya Indonesia dan Internasional ini diselenggarakan untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa mahasiswa yang belajar di UKSW berasal dari berbagai daerah," kata Titaley.

Dalam kesempatan tersebut, John juga berpesan kepada seluruh perwakilan etnis yang terlibat dalam IICF 2016 ini untuk senantiasa menjaga kesantunan dan perdamaian sehingga masyarakat dapat memahami keberadaan UKSW yang pluralis.

"Belum lama ini, Salatiga telah memperoleh predikat kota paling toleran. Hal ini tentu tak lepas karena peran UKSW dengan pluralitasnya, kita perlu mendukung kerukunan tersebut," imbuh John.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com