Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senyuman Anak Aceh dari Duta Bibir Sumbing

Kompas.com - 16/04/2016, 06:30 WIB
Raja Umar

Penulis

MEULABOH, KOMPAS.com - Seorang mahasiswa mantan penderita bibir sumbing di Kabupaten Aceh Barat menghabiskan waktu sehari-harinya untuk menyisir keberadaan penderita bibir sumbing diseluruh plosok desa di Aceh.

Ia tak ingin generasi anak-anak Aceh khususnya penderita bibir sumbing tumbuh dengan keterbatasan mental dan kurang percaya diri untuk terampil dan berprestasi seperti anak-anak normal lainnya.

"Saya tergerak hati ingin memberikan senyuman untuk penderita bibir sumbing yang ada di Aceh karena saya sendiri pernah merasakan apa yang dirasakan oleh penderita bibir sumbing itu sangat sedih. Dengan kondisi cacat bibir sudah pasti bawaannya minder dan tidak berani terampil seperti orang normal," kata Rahmad Maulizar (25), mahasiswa Universitas Teuku Umar Negeri Meulaboh, kepada Kompas.com, Jumat (15/4/2016).

Rahmad mengaku menderita bibir sumbing bawaan lahir. Semenjak SD ia mengaku mulai kurang percaya diri dalam bergaul sesama teman sesusianya karena sering diejek bahkan dijauhi oleh teman, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

Sehingga ia banyak menghabiskan waktu masa kecil dengan mengurung diri di dalam rumah.

"Waktu SD saya tiap hari diejek-ejek oleh teman karena sumbing sehingga saya semakin tidak percaya diri dan sering menyendiri," katanya.

Walau dengan kondisi serba keterbatasan, anak kelima dari keluarga sederhana pasangan Ojer dan Nurhayati, warga Desa Suak Ribee, Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat ini tak berputus asa dalam berusaha mencari informasi tempat operasi bibir sumbing di Aceh.

Saat beranjak usia 18 tahun, Rahmad baru mendapatkan operasi bibir secara gratis yang selenggarakan oleh Yayasan International Smile Train di Rumah Sakit Malahayati Banda Aceh.

"Kkelas 1 SMA saya baru mendapat operasi. Pertama diantar oleh orang tua, namun saat operasi selanjutnya saya pergi sendiri. Karena saya enam kali operasi ini, Alhamdulillah kondisi bibir saya sekarang sudah mendekati sempurna dan terima kasih Smile Train telah memberikan saya senyuman baru," kata Rahmad Sambil tersenyum.

Setelah menjalani operasi, Rahmad mengaku mulai lebih percaya diri dalam bergaul bahkan mulai berani trampil dan aktif di organisasi baik di sekolah maupun di lingkungan kampungnya.

"Setelah operasi saya terasa sudah lebih percaya diri. Sekarang saya senang untuk membantu orang lain terutama penderita bibir sumbing atau kegiatan sosial dan kemanusian," katanya.

Yayasan International Smile Train tak hanya memberikan senyuman baru untuknya. Tak disangka yayasan itu juga memberikannya penghargaan sebagai Duta Bibir Sumbing Aceh karena terpilih sebagai pasien terbaik hasil operasi bibir sumbing se-Indonesia.

"Tahun 2011 saya mendapat penghargaan sebagai Duta Bibir Sumbing Aceh sehingga saya mengabdikan diri untuk mencari penderita bibir sumbing untuk dioperasi," katanya.

Sejak tahun 2011 ia ditunjuk sebagai Duta Bibir Sumbing Aceh hingga tahun 2016, mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Teuku Umar Negeri Meulaboh ini telah berhasil menjaring 2.000 lebih penderita bibir sumbing dari seluruh pelosok Aceh untuk diporasi di Rumah Sakit Malahayati Banda Aceh secara rutin setiap minggunya.

"Alhamdulillah sekarang sudah 2.000 lebih penderita bibir sumbing telah selesai dioperasi oleh dr. Muhammad Jailani, spesialis Bedah Plastik Rekontruksi. Setiap minggu 15, paling sedikit 7 pasien yang dioperasi dokter, dan yang paling banyak pasien saya temukan adalah orang dewasa dan anak-anak," katanya.

Rahmad mengaku akan terus mengabdikan diri dengan hati yang tulus dan iklas untuk menolong para penderita bibir sumbing di Aceh karena umumnya penderita yang ditemukannya selama ini adalah terlahir dari keluarga tidak mampu.

Banyak orang tua penderita bibir sumbing di pelosok Aceh masih membiarkan kondisi anaknya tanpa ada penangan operasi.

"Kan sayang ada program operasi gratis dari Smile Train tidak kita manfaatkan. Kemudian di Aceh masih banyak yang beranggapan operasi bibir sumbing itu operasi besar sehingga mereka takut operasi sehingga perlu kita sosialisaikan dan langsung kita jemput mereka untuk dibawa operasi. Alhamdulillah pasien rata-rata yakin kalau saya yang sampaikan karena saya juga mantan pasein," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com