Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Di Sekeliling Kita Laut, tetapi Nelayan Kesulitan Mendapatkan Garam..."

Kompas.com - 14/04/2016, 17:17 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Tinggal di daerah kepulauan yang dikelilingi laut bukan berarti pasokan garam bisa melimpah. Masyarakat nelayan di Kecamatan Kepulauan Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, justru mengeluhkan sulitnya mendapat pasokan garam.

Pembina Kelompok Nelayan Desa Celagen, Kecamatan Kepulauan Pongok, Usman, mengatakan, kebutuhan garam untuk satu kelompok nelayan yang beranggotakan 30 orang mencapai 30 ton setiap bulannya. Artinya, untuk satu nelayan dengan satu perahu menghabiskan 1 ton garam.

“Kami hitung baru untuk satu kelompok. Padahal, di kecamatan ini banyak sekali kelompok nelayan yang semua garam didatangkan dari luar, seperti dari Jepara,” kata Usman kepada Kompas.com, Kamis (14/4/2016).

Garam dibutuhkan nelayan untuk membuat ikan asin. Setiap kali pulang melaut, hanya ikan jenis tertentu yang langsung dijual. Sebagian besar ikan hasil tangkapan justru dipersiapkan untuk ikan asin.

“Di sekeliling kita ada laut, tapi nelayan masih saja kesulitan untuk mendapatkan garam. Semuanya harus didatangkan dari luar. Jika cuaca buruk, kapal pembawa garam akan terhambat. Akibatnya, nelayan juga menunda untuk membuat ikan asin,” papar Usman yang mengaku sudah berulang kali menyampaikan persoalan saat rapat desa, tetapi belum ada solusi.

Camat Kepulauan Pongok Muhammad Iqbal mengakui adanya keluhan sulitnya mendapatkan garam. Persoalan ini, kata Iqbal, telah disampaikan pada saat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat kabupaten.

“Memang banyak keterbatasan saat ini. Ada yang mau bangun pabrik, tapi sumber energinya belum ada. Listrik belum masuk,” ujarnya.

Menurut dia, sejumlah peneliti dari perguruan tinggi pernah melakukan survei kualitas air laut di Kepulauan Pongok. Hasilnya, kualitas air laut di Pongok dinyatakan layak untuk membuat garam. Namun, sebutnya, hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com