Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mewiru Kain Jarik dan Gulung Stagen, Cara Ibu-ibu Peringati Hari Kartini

Kompas.com - 12/04/2016, 07:41 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Kain jarik, stagen dan kebaya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari budaya perempuan Jawa tempo dulu. Namun seiring perkembangan zaman, hanya sedikit perempuan Jawa yang masih peduli atau tahu seluk-beluk mengenai pakaian tradisional ini.

Terkait hal itu, sejumlah ibu-ibu PKK di Ungaran, Kabupaten Semarang,  menggelar lomba mewiru kain jarik, menggulung stagen lengkap dengan cara memakaikannya.

Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Kartini tahun 2016.

"Ibu Kartini itu identik dengan kebaya, maka kita peringati jasa beliau dengan menggelar lomba ini. Di samping untuk melestarikan budaya jawa," kata Wulan Yulianto, Ketua Panita, ditemui disela lomba yang bertempat di Aula pertemuan warga di Perumahan Ungaran Baru, Desa Leyangan, Ungaran Timur, Senin (11/4/2016).

Wiru Jarik atau kain adalah teknik meripel atau melipat-lipat pinggiran kain yang vertikal sepanjang pinggul hingga kaki. Sedangkan stagen adalah kain tenun yang dipakai secara tradisional untuk mendapatkan perut yang kencag atau singset.

Stagen yang juga dikenal dengan sebutan kendhit atau angkin ini biasanya mempunyai ukuran lebar kira-kira 15 centimeter dengan panjang bervariasi 5 hingga 10 meter.

Ternyata, mewiru maupun menggulung serta memakai stagen ini tidaklah gampang. Ada teknik serta pakem yang tidak boleh ditinggalkan. Banyak diantara peserta yang tidak mengetahui teknik mewiru maupun mengguung stagen dengan benar.

"Menggulung stagennya belum ada yang betul. Jadi tidak asal menggulung. Sedangkan wiru kain ada motif Jogja dan motif Solo," kata Ny Mukhlis, salah satu juri dalam lomba tersebut.

Satu kelompok dalam lomba tersebut terdiri dari 3 hingga 4 orang. Di antara kelompok tersebut ada satu orang yang dijadikan sebagai model. Maka tugas anggota kelompok lainya adalah mewiru, memakaikan stagen hingga mendandani sang model hingga terlihat tampil cantik.

Meski hanya setingkat lingkungan, namun ibu-ibu peserta lomba ini mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Mereka berlatih 3 kali dalam semingu sebelum perlombaan. Bahkan untuk menyiapkan bahan-bahannya, mereka rela meminjam kain jarik atau stagen milik orangtua mereka yang ada di luar kota.

"Saya sampai pinjam jarik milik mbah saya di Kudus, semata-mata untuk meramaikan lomba hari Kartini ini," kata Indriyana, salah satu peserta.

Tak sampai disitu, setelah model masing-masing kelompok tersebut selesai didandani, mereka harus berjalan bak model diatas catwalk. Juri menilai dari penampilan secara keselurahn dari semua riasan, kebaya hingga kain jarik yang dikenakan.

"Teknik wiru yang benar akan terlihat tatkala dikenakan," sebut Wulan.

Lomba mewiru kain jarik dan menggulung stagen ini meski terlihat sederhana, namun sangat bermakna dalam kaitanya pelestarian budaya. Sebab ditengah gempuran modernitas, banyak perempuan jawa mulai meninggalkan adat istiadat, tidak terkecuali dalam hal berpakaian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com