Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Rusak Sejak Zaman Belanda, Warga di SBB Pergi ke Kota Berjalan Kaki Seharian

Kompas.com - 07/04/2016, 12:24 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Kondisi sejumah desa di kawasan pegunungan Kecamatan Inamosul, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, sungguh memprihatinkan.

Hingga kini, tidak ada sarana jalan yang dibangun pemerintah setempat untuk menjangkau desa-desa di kecamatan tersebut.

Satu-satunya jalan warisan pemerintah Belanda yang ada di wilayah itu pun kondisinya rusak parah dan tidak bisa dilalui kendaraan. Praktis, ribuan warga dari sejumlah desa yang ada di kecamatan itu selama berpuluh-puluh tahun hidup dalam keterisolasian.

Untuk menempuh Kecamatan Kairatu menuju Piru, Ibu Kota Kabupaten Seram Bagian Barat saja, warga setempat harus rela berjalan kaki selama seharian. Kondisi ini semakin parah lantaran pemerintah daerah tidak juga berniat memperbaiki jalan warisan pemerintah Belanda yang telah rusak termakan usia.

“Di sini tidak ada jalan aspal, pemerintah sama sekali tidak memperhatikan kami warga pegunungan,” kata Remon Latu, warga Desa Hunitetu kepada Kompas.com saat dihubungi dari Ambon, Kamis (7/4/2016).

Dia mengaku, tidak adanya sarana jalan yang memadai membuat warga sejumlah desa di kecamatan itu selama ini terisolasi. Untuk menjual hasil panen perkebunan saja, warga merasa kesulitan, sehingga tak heran para petani desa kerap berjalan kaki menuju Kecamatan Kairatu dengan memikul hasil pertanian untuk dijual.

“Tidak ada angkot sampai ke desa-desa di sini, karena memang jalannya tidak bisa dilalui, kalau dengan sepeda motor juga butuh waktu yang sangat lama,” ujarnya.

Dia menjelaskan, ada sejumlah desa di kecamatan itu yang tidak pernah menikmati akses jalan. Desa-desa itu anatara lain Hunitetu, Rambatu, Rumberu, Imabatai, Rurama dan sejumlah desa lainnya.

Meski desa-desa tersebut kini telah dimekarkan menjadi kecamatan baru, namun tetap saja pembangunan di wilayah itu tidak pernah dinikmati oleh masyarakat. Sulitnya akses transportasi di wilayah itu membuat warga setempat sangat kesulitan untuk memeroleh pendidikan yang layak.

“Tidak ada sekolah SMA di sini. Anak-anak kami di sini sekolahnya di kilometer 9 dan juga di Kairatu, kalau saja pemerintah mau membangun jalan di sini mungkin kondisinya tidak seperti ini,” ungkapnya.

Sejak zaman Belanda

Kondisi jalan menuju Kecamatan Inamosul memang sangat parah. Saking parahnya, aspal yang berada di atas badan jalan bahkan sudah tidak tampak lagi, dan yang ada hanyalah bebatuan dan lubang-lubang yang menganga.

Anggota DPRD Kabupaten Seram Bagian Barat, Fery Solissa menjelaskan, jalan yang ada di wilayah itu merupakan jalan yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, dan saat ini kondisinya tidak bisa dilewati lagi oleh kendaraan.

“Jalan itu sudah ada sejak zaman Belanda, sudah ratusan tahun yang lalu. Beberapa puluh tahun lalu masih bisa dilewati, namun kini sudah tidak bisa lagi,” ungkapnya kepada Kompas.com saat dihubungi secara terpisah.

Dia menjelaskan, akibat kerusakan jalan itu, warga sejumlah desa di Kecamatan Inamosul puluhan tahun lamanya terisolasi. Fery yang juga warga Kecamatan Inamosul ini mengatakan, pihaknya beberapa kali telah meminta kepada pemerintah daerah untuk membangun jalan di daerah itu, namun hingga kini tidak juga dibangun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com