Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan Tobat dari Memburu Ikan Hias dan Terumbu Karang

Kompas.com - 06/04/2016, 12:07 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang laki-laki berkumis sedang mempersiapkan alat menyelam di Pantai Bangsring, Banyuwangi, Rabu (6/4/2016).

Dia adalah Mastalianto, nelayan ikan hias yang beralih profesi menjadi pemandu wisata di Bangsring Under Water, destinasi wisata baru di Kabupaten Banyuwangi.

"Ini mau dampingi tamu buat diving. Sekarang tamunya sudah banyak. Saya sudah enggak lagi ambil terumbu karang," kata lelaki kelahiran 1978 itu kepada Kompas.com sambil tertawa lebar.

Dia mengaku telah menjadi nelayan ikan hias sejak tahun 1993. Untuk mendapatkan ikan hias yang bagus dan mahal dia dan rekan rekannya sesama nelayan berlayar sampai ke Maluku, Manado, Palu dan Makasar.

"Kalau ke Indonesia bagian timur saya sudah semua. Naik perahu kayu mesin tiga. Perjalanannya sampai satu minggu lebih itu nggak pake berhenti," ucapnya.

Selain untuk mencari ikan yang bagus dengan harga mahal, lelaki yang akrab dipanggil Pak Lili itu mengaku bahwa perairan di daerahnya sudah rusak sehingga ikannya sudah tidak ada yang bagus.

Dia mengaku keuntungan setiap berlayar mencapai Rp 2 juta. Selain menangkap ikan hias, Pak Lili juga mengaku mengambil terumbu karang di wilayah perairan Situbondo. Dia kemudian menjualnya dengan harga Rp 7.500 rupiah per potong.

"Tapi itu dulu. Dosa jaman jahiliah. Masih belum ada pencerahan," ucapnya.

Sekali mengambil terumbu karang, dia bisa mengangkut sekitar 1.500 potong lalu menjualnya ke pengepul.

Penghasilan yang besar tersebut membuat Pak Lili menolak masuk dalam komunitas nelayan Samudra Bakti yang melakukan konservasi di wilayah Selat Bali.

"Saya sempat nolak tapi lama-lama terumbu karangnya habis karena sering diambil. Kemudian saya mikir terus gimana nasib lautnya nanti. Di situlah saya kemudian gabung di kelompok nelayan yang sekarang mengelola tempat wisata ini," ucapnya.

Saat ini, bapak tiga anak tersebut juga menjadi guide wisatawan yang datang untuk snorkeling ataupun diving untuk menikmati pemandangan alam bawah laut di Pantai Bangsring. Bahkan dia sudah mendapatkan lisensi diving bertaraf internasional.

"Kalau menyelam sudah kerjaan tiap hari sampai 20-30 meter tapi baru ikut pelatihan dan dapat sertifikat menyelam baru tahun kemarin. Jadi sekarang sudah bisa dampingi turis yang mau diving," ungkapnya.

Suami dari Siti Holilah tersebut juga beberapa kali mewakili kelompok nelayan Bansring untuk memberikan pengalaman konservasi di beberapa wilayah seperti di Bawean dan Madura. Dia berbagi cara memotong terumbu karang dan melakukan transplantasi.

"Saya percaya jika kita merawat alam dan lingkungan maka alam juga akan memberikan yang sama ke kita. Seperti sekarang, lautnya sudah indah, terumbu karangnya bagus, ikannya banyak akhirnya wisatawan datang dan jadi pemasukan buat nelayan disini. Pokoknya lautnya lestari maka nelayannya pasti sejahtera," pungkasnya sambil tersenyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com