Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip "Kampung Golok" di Bogor

Kompas.com - 04/04/2016, 10:40 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Kampung Parigi yang terletak di sebelah utara Kabupaten Bogor, tepatnya di Kecamatan Ciseeng, menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Meski cukup dikenal sebagai penghasil ikan hias terbesar di Jawa Barat, namun kenyataannya masyarakat di sana punya keahlian lain dalam hal pandai besi.

Tak dapat dipungkiri, banyak masyarakat Kampung Parigi memilih bekerja sebagai perajin golok untuk menunjang ekonominya. Meskipun, ada juga yang lebih memilih sebagai petani dan buruh.

Hampir di setiap rumah penduduk terdapat bengkel pembuatan golok, parang, arit, dan jenis lainnya. Entah dari mana dimulai, konon kemampuan pandai besi itu diturunkan dari pendahulunya.

Salah satu penduduk di Kampung Parigi yang masih setia menjadi perajin golok adalah Abdullah. Sudah 10 tahun pria berusia 38 tahun itu berprofesi sebagai perajin golok.

Ribuan golok sudah dibuatnya. Banyak golok hasil karyanya dikirim ke pasar-pasar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dengan harga relatif terjangkau, golok buatannya kini dilirik banyak orang.

"Sekali pembakaran, 5 sampai 6 golok saya buat. Paling banyak, sehari bisa buat 25 golok," ucap Abdullah saat ditemui di bengkel golok miliknya, Minggu (3/4/2016).

Lantas, apa yang membuat dirinya masih bertahan menjadi perajin golok?

Dia menjawab, itu sudah menjadi bagian dari dirinya. Kemampuannya menciptakan golok diperolehnya dari orangtuanya yang juga didapat turun-temurun.

"Orangtua saya adalah pembuat golok. Itu diwariskan kepada saya," kata dia.

Dibantu bersama dua karyawannya, Abdullah mengaku hanya membuat golok berdasarkan pesanan saja. Dengan cara itu, dia dapat menghemat ongkos produksi.

"Perajin harus kreatif membuka peluang karena dukungan pemerintah masih sangat kurang,” imbuhnya.

Abdullah membuat golok dalam ukuran kodi dengan harga per satuannya sebesar Rp 20.000. Artinya, jika satu kodi berisi 20 golok, maka dia mendapat Rp 400.000 sekali penjualan.

"Ada juga orang yang pesen golok khusus. Kalau itu harganya beda lagi. Bervariasi, tergantung panjang dan bentuk golok yang diminta," tutur dia.

Abdullah berharap agar pemerintah bisa membantu para perajin untuk bisa bertahan. Pemerintah cenderung membiarkan perajin berjuang tanpa pendampingan.

Mayoritas dari perajin kecil memasarkan hasil kerajinannya di pinggir jalan atau pasar. Adapun perajin yang sudah menembus pasar ekspor lebih memilih berjualan lewat internet atau bekerja sama dengan pengepul di daerah lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com