Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ridwan Kamil
Wali Kota

Arsitek, Wali Kota Bandung, Jawa Barat

"Flaneur" dan Pelacur

Kompas.com - 27/03/2016, 18:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Di satu hari Senin yang sejuk di Jalan Jawa, Bandung, sepeda saya dipepet oleh pemotor. Dengan tergopoh-gopoh, seorang ibu, tipe ibu yang hobi menyalakan lampu sein ke kanan tapi beloknya ke kiri, membuka helmnya dan menyapa,

"Pak Wali, mohon maaf saya kejar Bapak, saya ingin menyampaikan pesan. Saya hanya mau ucapkan terima kasih atas banyaknya taman baru. Anak-anak saya sekarang senangnya ke taman bukan ke mal. Mereka bahagia dan kami bisa berhemat biaya. Itu saja, Pak Wali. Hatur nuhun."

Itulah satu fragmen cerita dari ribuan cerita rutin harian, jika saya sedang dinas dengan bersepeda. Ada yang meminta saya berhenti untuk selfie. Ada yang meminta berhenti menawari produk. Sampai pernah diberhentikan oleh loper koran, agar saya mau menolong dia yang kesulitan biaya untuk anaknya yang sedang bersekolah di universitas swasta di Bandung. Macam-macam cerita dan rupa.

Saya bersepeda hampir tiap hari. Dari rumah dinas ke balai kota. Juga bersepeda dari satu acara ke acara lainnya jika jaraknya tidak terlalu jauh. Jika situasi tidak memungkinkan, baru saya ganti dengan mobil dinas.

Saya kadang bersepeda dengan baju safari. Kadang bersepeda dengan baju sporty. Kadang bersepeda dengan jas lengkap berdasi. Tergantung situasi. Udara Bandung yang relatif sejuk menjadikan cara berpakaian pun tidak menjadi terlalu masalah.

***

Saya punya 5 alasan, mengapa saya perlu bersepeda sebagai Walikota di Bandung. Pertama agar saya bisa selalu sehat dan bugar. Kedua saya sering melihat masalah langsung dengan mata kepala sendiri. Ketiga saya bisa berhenti dan menyapa warga yang terlewati.

Keempat saya sering mendapat ide-ide solusi saat angin semilir mengiringi kejernihan pikir. Kelima saya harus konsisten menjadi contoh program bike to work kepada warga. Saya harus walk the talk.

Karena susah mencari waktu khusus untuk berolahraga, maka dengan bersepeda saya memaksakan diri untuk rutin menarik otot sana-sini untuk menyehatkan jantung. Dan entah kenapa setiap habis bersepeda, mood saya biasanya selalu segar walaupun sedang diimpit oleh problematika yang ruwet.

Dengan bersepeda, saya bisa menyelinap menyelidiki hadirnya pelacur malam yang menjajakan diri di pinggir jalan. Sempat juga menangkap preman jalanan beberapa kali bersama ajudan.

Dengan bersepeda saya bisa tahu proyek trotoar yang asal-asalan, sampai akhirnya kontraktornya kami berhentikan. Dengan bersepeda saya tahu di mana tumpukan sampah-sampah jalanan yang coba disembunyikan.

Dengan bersepeda juga saya lebih berempati dengan ekonomi jalanan. Sering berhenti sesaat hanya untuk menyapa warga di jalanan. Menepuk pundak pemotor yang melewati garis zebra cross. Berdebat dengan preman omprengan yang tidak kapok-kapok melanggar aturan. Terkadang berbelok untuk istirahat minum di kios warung atau café yang terlewati.

KOMPAS.com/Putra Prima Perdana Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, meminta pedagang motor bekas di Jalan Ciateul tidak berjualan di atas pedestrian.
Dan yang menarik, entah kenapa, ide-ide solutif sering hadir saat bersepeda ditemani semilir sejuknya angin. Ide program padat karya memperkerjakan 3.000-an petugas gorong-gorong dan penyiram tanaman, lahir karena melihat banyaknya saluran yang mampet dan keringnya tanaman di jalanan.

Gagasan memasang stiker susah copot untuk mobil yang parkir di trotoar juga lahir saat sedang bersepeda. Juga ide hadirnya pasukan rompi merah untuk berjaga di perempatan jalan menertibkan gelandang dan pengemis.

***

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com