Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jumlah Perawan dan Janda pun Kami Punya Datanya... "

Kompas.com - 24/03/2016, 07:07 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Desa Madukara, di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah relatif berbeda dibanding desa-desa lainnya. Desa ini menawarkan satu komunikasi canggih untuk masyarakatnya, yaitu website desa.

Melalui website, warga bisa melihat secara langsung aktivitas desa sepanjang waktu. Lebih dari 200 orang setiap hari mengunjungi laman desa. Website ini juga selalu diperbaharui lantaran terhubung dengan Sistem Informasi Desa (SID).

Situs yang dibuat sejak Juni 2015 ini beralamat di madukaradesa-madukara.desa.id. Pada Juli 2015, seluruh konten yang dipasang mulai terisi.

Dimotori oleh Sekretaris Desa, isian konten diisi mulai dari profil, kegiatan, perencanaan, aktivitas, pembangunan, kerajinan desa, jumlah warga, peta kemiskinan hingga data soal berapa warga yang menjanda, atau menduda pun tersedia.

"Data kami lengkap. Jumlah warga miskin ada. APBDes juga diumumkan. Jadi, setiap warga bisa mengetahui dan mengawasi kami," ujar Kepala Desa Madukara, Purwono, saat presentasi di depan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di balai desa setempat, Rabu (23/3/2016).

Ia melanjutkan, warganya mulai bisa mengakses dan memberi komentar atas informasi yang diberikan. Sehingga, terjalin komunikasi dua arah secara baik.

"Ketika ada warga yang butuh surat keterangan KTP, KK, surat pengantar nikah bisa lebih cepat, dua menit sudah selesai," ujarnya.

Namun demikian, desanya saat ini masih belum dilengkapi dengan jaringan internet. Perbaruan informasi hanya melaui modem. Ia pun berharap agar internet bisa masuk ke balai desa.

Sekretaris Desa Madukara, Didi menambahkan, website desa dinilai bermanfaat bagi warga yang mayoritas petani salak. Semua data soal pertanian tersedia, baik yang ditampilkan secara statis maupun dinamis.

"Jumlah demografi, jumlah masyarakat, data kemiskinan ada. Data berapa warga kami perawan, yang janda kami juga punya," kata Didi.

Data kemiskinan misalnya yang ditampilkan misalnya juga berbeda dari data Badan statistik. Menurut Didi, data kemiskinan dari BPS dijadikan data awal kemudian diverifikasi ulang.

"Akhinya ada yang BPS ditulis miskin, tapi bagi kami tidak miskin. Rumahnya mau ambruk, tapi dia punya tanah banyak. Jumlah petani dan luasan tanahnya juga bisa diakses," tambah dia.

Selain hal tersebut, warga juga ikut berpartisipasi. Berita maupun foto banyak dibantu dari warga.

"Berita desa, ada kegiatan kami tulis. Masyarakat juga berpartisipasi sebagai kontributor," katanya.

Gubernur Ganjar Pranowo yang hadir di lokasi mengapresiasi langkah desa membuat inovasi berupa website. Hal tersebut dianggap sebagai langkah maju, tinggal dikembangkan beberapa tampilan agar lebih menarik, dan menyebar lebih luas.

"Keren. Tinggal kontennya disosialisasikan di masyarakat. Nanti dilengkapi tempat pengaduan berbasis web, dan sms," kata Ganjar.

Namun demikian, pihak desa diminta untuk tetap menempel papan informasi di desa, lantaran tidak semua warga yang bisa mengakses internet. Informasi secara cetak juga penting untuk disampaikan.

"Papan desa sekalian dilengkapi websitenya. Tapi di atas semua itu, saya ingin pelayanan desa itu tiga, cepat, mudah dan murah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com