Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medan Dihantam Udara Panas, Warga Berendam di Tugu Adipura

Kompas.com - 20/03/2016, 14:06 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Pasca-gerhana matahari total pada 9 Maret lalu hingga hari ini Kota Medan tak kunjung didatangi hujan.

Akibatnya, suhu udara di Medan sangat panas sehingga banyak warga yang memilih tidak keluar rumah atau mendinginkan tubuh di berbagai pusat perbelanjaan.

Namun, beberapa warga yang agaknya sudah tak tahan dengan suhu yang tinggi, nekat menceburkan diri ke kolam Tugu Adipura.

Kolam yang dilengkapi dengan air mancur kecil itu berada di sebuah persimpangan antara Paladium Mall dan DPRD Medan.

"Panas sekali, tak tahan aku. Ada air di sini, berendam sajalah aku. Ngeri sekali cuacanya sejak habis gerhana itu," kata pria berusia sekitar 50-an tahun itu, Minggu (20/3/2016).

Di tempat lain, Mariam, seorang ibu rumah tangga harus rela ditilang karena sepeda motornya menabrak tiang lampu lalu lintas di persimpangan Kampung Lalang, Medan.

Mariam menabrak tiang itu akibat tak tahan lagi terpapar sinar matahari yang sangat terik di siang itu.

"Nggak tahan aku nunggu lampu merah, padahal baru jam berapa ini, gila sekali panasnya. Berkeringat semua badan," kata Mariam.

Menurut ibu dua anak ini, selain sengatan matahari yang dirasakan mulai pukul 09.00 WIB, malam hari pun terasa sangat gerah.

"Biasanya kalau panas begini, angin banyak, ini tidak. Anak-anakku kepanasan, tak bisa tidur, capek aku mengipasi mereka. Kalau yang punya AC, enaklah. Aku sampai mandi malam sejak tiga hari ini, kalo nggak badan lengket keringat," katanya lagi.

Lain lagi cerita yang dipaparkan Yudi. Karyawan bagian periklanan ini merasa suhu panas membuat staminanya menurun.

"Aku jadi lemas gitu, kayak tersedot habis semua tenaga. Udah minum banyak air putih dan vitamin c, tapi tetap saja lemas. Panasnya seperti menyedot semua tenagaku. Tapi macam manalah, mau tak mau saya harus kerja. Panas-panas pun dijalanilah," ucapnya.

Hampir mirip dikatakan Parulian, laki-laki bertubuh gemuk ini malah hanya bercelana pendek saja. Kaosnya disandangkan di bahu, fungsi kaos itu berubah menjadi handuk pengelap keringat.

Sesakali terlihat dia mengelap peluh yang mengucur deras saat menunggui kios kecilnya yang berada di pinggir Jalan Tanjung Sari, Medan.

"Terserah orang bilang aku tak sopan karena cuma memakai celana pendek saja sambil jualan, tengoklah keringatku ini. Badan sudah keringat buntat (biang keringat) semua ini. Minum es terus, ini gelas kedua. Kok, ngeri sekali gini panasnya Medan ini, belum pernah kayaknya seperti ini," ujar Parulian.

Kabid Data dan Informasi BMKG Medan mengatakan, tidak ada korelasi antara gerhana matahari dengan panas terik yang kini menerpa kota itu.

Dia menjelaskan, saat ini Sumatera Utara tengah memasuki musim kemarau. Pesannya agar masyarakat banyak-banyak mengkonsumsi air putih dan berhati-hati saat menggunakan api.

"Di BMKG Medan tercatat suhu maksimum 36, 2 derajat Celcius, ini katagori ekstrem," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com