Mohamad Sanusi sebagai Penasihat Komunitas Reog Ponorogo (KRP) menuturkan, reog adalah budaya nasional yang diakui oleh internasional sehingga perlu untuk diapresiasi.
Untuk itu, acara ini rencananya akan diadakan rutin setiap hari Minggu bersamaan dengan car free day.
"Kenapa digelar di sini, karena Jakarta memiliki budaya yang heterogen. Meskipun dari Ponorogo, penampilan reog juga memberikan pesan positif untuk masyarakat Jakarta," lanjutnya.
Dalam pertunjukkannya, terlihat 13 orang menjadi penampil dalam acara tersebut. Sebanyak tiga orang terlihat mengenakan topeng singa besar dengan mahkota yang terbuat dari burung merak.
Dua penari lainnya mengenakan topeng singa kecil serta empat penari wanita tampak menari dengan menggunakan kuda lumping. Sementara empat orang sisanya hanya menggunakan pakaian khas Ponorogo berwarna merah.
Para penampil terlihat saling menggerakkan tubuh dan kepalanya serta bergerak melingkar diiringi oleh musik tradisional gamelan Ponorogo. Tak jarang para penampil mengayunkan cambuk yang menimbulkan suara yang menggelegar.
Reog adalah budaya asal Ponorogo yang mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk segera mendapat pengakuan luas dari UNESCO.