Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Hanyut, Warga Sukabumi Bertaruh Nyawa Menyeberang Sungai Citalahab

Kompas.com - 15/03/2016, 07:08 WIB
Budiyanto

Penulis

SUKABUMI, KOMPAS.com - Puluhan warga Kampung Cipiit, Desa Bojong Sari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa harus berbasah-basah menyeberang Sungai Citalahab beberapa hari terakhir ini.

Pasalnya jembatan gantung yang menghubungkan Kampung Cipiit dengan perkampungan lainnya di desa setempat itu terbawa hanyut banjir bandang yang terjadi pada Jumat (11/3/2016) lalu.

''Sekarang kalau mau pergi ke sekolah, saya harus berbasah-basahan menyeberang Sungai Citalahab, begitu juga sebaliknya,'' kata Muhamad Barjah (16), warga Kampung Cipiit saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (14/3/2016) siang.

Perbincangan Barjah pelajar kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I di Kota Sukabumi ini berlangsung sebelum Sungai Citalahab yang lebarnya sekitar 20 meter kembali diterjang banjir bandang pada Senin sekitar pukul 17:00 Wib.

Saat kejadian banjir bandang pada Jumat lalu, Barjah baru pulang sekolah yang jaraknya sekitar 17 km dari Kota Sukabumi dengan melintas Jalan Sukabumi-Nyalindung-Sagaranten dan jalan desa yang aspalnya sudah tidak mulus lagi.

Untuk mencapai rumahnya di Kampung Cipiit yang terletak di kawasan kaki perbukitan Gunung Arca milik Perum Perhutani KPH Sukabumi harus melintasi pematang sawah. Sekitar 1,5 km dari Kampung Tanggeung yang berada di jalan desa.

''Saat itu hujan sedang turun deras. Saat melintas di pematang sawah saja air sungai sudah meluap ke sebagian sawah. Pas saya menyeberang saja airnya sekitar dua jengkal lagi ke jembatan, saya juga takut saat itu,'' ujar dia.

Tokoh masyarakat di Kampung Cipiit, Taryo (43) menuturkan, jembatan besi yang terbawa hanyut itu dibangun sekitar tahun 2014. Sebelumnya jembatan yang menghubungkan kampungnya dengan kampung lainnya hanyalah jembatan bambu.

''Jembatan ini bagi warga kami sangat vital sekali. Karena hanya satu ini akses kami untuk pergi keluar kampung, selain pelajar, petani dan pedagang yang setiap harinya memanfaatkan jembatan ini,'' tutur Taryo kepada Kompas.com saat akan menjemput anaknya yang pulang sekolah.

Warga di Kampung Cipiit, lanjut Taryo berharap secepatnya pemerintah bisa kembali membangunkan jembatan yang lebih kokoh dan kuat. Sehingga bila terjadi banjir bandang atau sungai meluap lagi jembatan tidak akan terbawa hanyut.

''Kami mengharapkan kembali dibangun jembatan agar akses kami kembali lancar. Karena tidak ada jalan alternatif lainnya, hanya jembatan ini satu-satunya tempat kami bisa keluar dari Kampung Cipiit,'' harap dia.

Kampung Cipiit yang berlokasi di sekitar kaki perbukitan Gunung Arca ini dihuni oleh sebanyak 40 kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa 150 orang. Warga di Kampung Cipiit ini mayoritas berprofesi sebagai petani, pedagang dan sekitar 40 orang masih sekolah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com