Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu-ibu Belajar Membatik agar Tak Lagi Bergantung pada Bantuan Pemerintah

Kompas.com - 11/03/2016, 18:52 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Minah (48), warga Desa Ketunggeng, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kini memiliki hobi baru di sela-sela aktivitasnya sebagai petani dan ibu rumah tangga.

Dalam beberapa hari terakhir, Minah bersemangat belajar membatik bersama belasan ibu di lereng Gunung Merapi tersebut.

Tangan Minah memang masih belum begitu luwes kala memegang canting dan menggoreskan lilin cair di atas kertas. Namun, ia terlihat serius dan tekun mengikuti instruksi sang pelatih.

"Namanya baru belajar, jadi masih kaku," kata Minah sambil tersipu malu.

Bagi Minah dan ibu-ibu lain, membatik menjadi kegiatan yang menyenangkan yang belum pernah dikerjakan selama hidup mereka.

"Ternyata tidak gampang, tahunya hanya beli batik di pasar. Tapi saya senang bisa belajar, mudah-mudahan bisa bermanfaat," kata dia.

Minah merupakan salah satu dari ratusan wanita yang mendapat pelatihan membatik dari pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial di wilayah Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

PKH merupakan program bantuan perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada keluarga sangat miskin.

Pendamping PKH Kecamatan Dukun, Wahyu Kurniawan, menjelaskan, membatik merupakan salah satu bentuk pendampingan moral setelah pendampingan administratif pada awal program ini dilaksanakan.

"Kegiatan ini salah satu pendampingan kami untuk meningkatkan meningkatkan kapasitas ibu-ibu atau minimal ke depan mereka akan memiliki keterampilan tertentu," kata Wahyu.

Ia sengaja mendatangkan pelatih batik profesional agar peserta pelatihan benar-benar mengerti bagaimana cara membatik dengan benar. Peserta juga dilatih untuk mengemas hingga memasarkan batik hasil karya mereka.

Produk batik yang mereka buat adalah batik tulis khas Merapi. Batik jenis ini belum banyak yang dikembangkan.

"Ke depan kami juga akan mengadakan pelatihan selain keterampilan membatik, misalnya membuat suvenir, makanan, dan sebagainya. Jadi nanti yang merasa tidak cocok membatik bisa beralih ke keterampilan tersebut," katanya.

Setidaknya ada 11 kelompok keluarga sangat miskin dari seluruh Kecamatan Dukun yang mendapat pelatihan ini.

Sebagian besar pesertanya adalah wanita dari keluarga miskin yang mendapatkan prioritas bantuan tunai pendidikan dan kesehatan dari Kemensos setiap triwulan sekali.

Menurut Wahyu, apabila sudah memiliki keterampilan khusus, maka warga diharapkan akan memiliki bekal untuk menghidupi keluarga masing-masing dan tidak lagi bergantung dengan bantuan pemerintah.

"Cita-cita kami ke depan mereka tidak lagi bergantung dengan bantuan. Mereka bisa mandiri dengan kemampuan mereka sendiri," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com