Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atalia Kamil: Untuk Perempuan, 24 Jam Itu Tak Cukup

Kompas.com - 09/03/2016, 10:01 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

Memperingati Hari Perempuan Internasional setiap tanggal 8 Maret, Redaksi Kompas.com menayangkan beberapa artikel yang mengangkat kisah-kisah inspiratif perempuan dari berbagai wilayah Indonesia.

BANDUNG, KOMPAS.com — Menjadi pendamping seorang kepala daerah ternyata bukan perkara mudah. Kondisi itu menjadi sekelumit kisah yang kini diperankan Atalia Praratya sebagai sosok istri Wali Kota Bandung Ridwan Kamil serta ibu dari Emmeril Khan Mumtadz dan Laetitia Azzahra.

Pada akhir tahun 2013, keseharian perempuan yang akrab disapa Lia itu berubah drastis ketika suaminya dipastikan menjadi orang nomor satu di Bandung. Kesibukannya pun seketika bertambah.

Selain melaksanakan kodratnya sebagai ibu rumah tangga, Lia praktis harus merangkap jabatan sebagai seorang abdi masyarakat. Kini, pagi hari Lia menjadi pagi yang sibuk karena dijejali serangkaian jadwal padat yang membuat langkahnya lebih gesit dari sebelumnya.

"Menjadi Ibu Wali Kota, kebetulan saya masih kuliah. Saya juga masih kerja di kantor jadi istri Wali Kota. Jadi, porsi untuk warga jauh lebih besar karena banyak hal yang tak bisa tersentuh oleh Wali Kota," ujar Lia kepada Kompas.com di Hotel Horison, Bandung, Jalan Pelajar Pejuang, Selasa (8/3/2016).

Lia mengaku diberi keleluasaan oleh suaminya untuk berkiprah di masyarakat. Namun, dia mengaku mendapat syarat dari Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.

"Kang Emil adalah sosok suami yang memberikan keleluasaan. Teteh (Atalia) mau apa pun berkiprah dalam kegiatan apa pun dia akan support. Hanya satu syaratnya, jangan melupakan keluarga," katanya.

Dia menceritakan, setiap pagi dia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan bekal bagi dua anaknya. Selepas mengurus anak, Lia bergegas untuk memenuhi setumpuk jadwal kegiatan dinas. Namun, meski diterpa aktivitas yang menyita waktu, Lia tetap tak melupakan fitrahnya sebagai ibu rumah tangga.

"Ketika anak-anak pulang pukul 17.00-18.00 WIB, saya sudah ada di rumah. Itu jadi protap saya. Saya jarang sekali kalau itu tidak dirasa penting, saya tidak menerima undangan di malam hari. Patut digarisbawahi adalah kodrat perempuan. Saya sebagai ibu dan perempuan tentu saja tugas utama saya untuk keluarga," tuturnya.

Menurut Lia, tak mudah untuk memainkan beragam peran dalam hidup seperti yang ia jalani saat ini. Selain menjadi ibu, Lia juga mesti berperan sebagai partner hidup bagi sang suami. Lia adalah tempat di mana Ridwan Kamil meluapkan penatnya sebagai pemimpin Kota Bandung.

"Secara porsi, saya lebih sibuk dari Kang Emil. Tak hanya saya, seluruh perempuan, seluruh ibu, 24 jam itu kurang karena mereka harus bangun lebih pagi, mereka harus tidur lebih malam dari suami dan anak-anak," ucapnya.

"Saya sangat menyadari beban Kang Emil itu sangat luar biasa. Tugas saya sebagai seorang istri, tidak menambah permasalahan baru. Jadi, saya lebih banyak mendengar. Yang dibutuhkan seseorang itu adalah orang yang mau mendengarkan dan mengerti, itulah posisi saya," tuturnya.

Berkurangnya porsi kebersamaan keluarga menjadi secuil risiko yang harus ia jalan demi mengabdi kepada masyarakat. Dia bercerita, suatu waktu, dia mendapati selembar tulisan anak bungsunya, Zahra. Tulisan itu sempat menjadi pukulan telak baginya.

"Dulu Zahra sempat nulis di buku hariannya, 'I wish I could be a normal family' segala macam. Saya sampai kaget, tetapi makin bertambahnya usia dia memahami peran orangtua sangat diperlukan untuk masyarakat. Tetapi, itu terjadi, kita sama dengan keluarga lainnya," ucapnya.

Lia juga berperan dalam kiprah politik Ridwan Kamil, termasuk saat Ridwan Kamil memutuskan untuk tak maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Lia berkisah, dia sempat terlibat diskusi panjang untuk memutuskan karier politik sang suami.

"Seperti beberapa waktu lalu terkait kemunduran Kang Emil melaju ke Jakarta. Kang Emil bertanya kepada saya, bahkan dia menunjukkan surat terbuka yang dia buat. Dia minta masukan apa yang kurang. Itu porsi saya sebagai perempuan. Saya perempuan bukan untuk mendikte laki-laki, melainkan untuk melengkapi keberadaannya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com