Ajeng dengan jaringan yang dia miliki menghubungkan antara komunitas penyandang tunarungu itu dan rekan-rekannya yang memiliki keahlian di bidang tersebut.
"Karena jarang sekali yang mengerti bahasa isyarat tunarungu, saya jadi sering mendampingi mereka, sampai sudah seperti pacarnya saja," tuturnya sambil tertawa.
Paling banyak, kata Ajeng, penyandang tunarungu di Lampung memiliki keahlian dalam pantomim.
"Ketika teman-teman rungu tampil menunjukkan keahliannya, saya selalu ajak orangtua mereka," katanya lagi.
Keluarga mereka terkejut, ternyata di balik kekurangannya, anak penyandang tunarungu memiliki potensi yang lebih dari manusia pada umumnya.
"Saya dengan kemampuan seadanya coba menyampaikan kepada orangtua mereka supaya tidak terlena dengan kekurangan," tambahnya.
Di Provinsi Lampung tercatat terdapat sekitar 120 penyandang tunarungu. Sebanyak 50 di antaranya berada di Kota Bandar Lampung.
Ajeng mengatakan, sebagian besar keluarga memaksakan penyandang tunarungu berkomunikasi secara oral. Kalaupun menggunakan bahasa isyarat, komunikasi itu masih alami sekali.
Selain memberi pemahaman tentang potensi kepada orangtua yang anaknya merupakan seorang tunarungu, Ajeng juga mengajarkan perbendaharaan isyarat kepada mereka.
"Saya ingin mereka hidup sejajar dengan yang lainnya karena mereka sebenarnya punya potensi lebih," tutupnya.
Memperingati Hari Perempuan Internasional setiap tanggal 8 Maret, redaksi Kompas.com menayangkan beberapa artikel yang mengangkat kisah-kisah inspiratif perempuan dari berbagai wilayah Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.