Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ardyansah, Pelukis dengan Kuas Tusuk Gigi

Kompas.com - 02/03/2016, 11:42 WIB
Slamet Widodo

Penulis

TRENGGALEK, KOMPAS.com - Pada umumnya orang melukis dengan menggunakan kuas di atas kanvas.  Namun, Ardiyansah,  seorang seniman di Trenggalek, Jawa Timur justru menggunakan tusuk gigi untuk menuangkan idenya ke dalam lukisan.

Dengan tusuk gigi, ia membuat lukisan di atas kaus dengan indah yang penuh sarat makna.  Karyanya banyak diminati warga kota besar, bahkan mancanegara.

Di rumahnya,  setiap hari Ardiyansah menuangkan cat di atas kaus untuk dilukis.  Dengan menggunakan tusuk gigi sebagai kuas. Hingga saat ini dia telah menghasilkan ratusan kaus. Setiap kaos yang dihasilkan tidak sama dengan lainnya. 

Ia memberi merek dagang kausnya dengan nama T-wool, mirip nama salah satu makanan khas Trenggalek yang terbuat dari singkong.

“Untuk melukis kaus selalu tidak sama satu sama lain. Namun  apabila pemesan menghendaki  lukisan kaos yang sama,berapapun akan kami layani. Sedangkan nama T-wool sendiri sengaja saya buat merek dagang, karena tiwul merupakan makanan khas Trenggalek yang terbuat dari singkong,” ucap dia.

Kurang lebih selama empat tahun terakhir, Ardiyansyah menekuni melukis tusuk gigi dengan media kaus sebagai pengganti kanvas.  Berbagai lukisan telah dihasilkan,  d iantaranya desain kritik sosial dari petuah leluhur.  Dalam sebagian lukisannya ia juga menyertakan gambar  figur tokoh pewayangan.

Ardiansyah  bercerita, awal mula dia menggunakan tusuk gigi sebagai kuas, karena mendapat tantangan dari seorang seniman dari Jombang untuk melukis di kaus.

Pria ini pun mencoba melukis di kaus dengan menggunakan ukuran kuas yang paling kecil. Namun, ternyata  kuas tersebut tidak mampu menghasilkan detail yang bagus.

KOMPAS.com/ SLAMET WIDODO Ardyansah Seniman Pelukis Tusuk Gigi

Ia menyebutkan, untuk melukis dengan tusuk gigi memang memerlukan kecermatan yang khusus.

Setiap mulai melukis, ia berkonsultasi dahulu dengan calon pemesan guna mempermudah dalam mengekspresikan ide kreatifnya.  Dalam sehari Ardiansyah mampu membuat 3-5 lukisan kaus. 

Untuk lukisan di kaus, Ardiyansyah mematok harga antara Rp 100.000 hingga Rp 150.000.
 
Ia menyebutkan, dengan ramuan cat rahasia,  lukisan di kaus tidak akan luntur atau pudar warnanya apabila dicuci. Ia menjamin lukisannya bisa bertahan hingga bertahun-tahun.

“Jangan khawatir kaus ini akan pudar waranya. Saya jamin kaos tidak akan berubah warnanya. Contohnya seperti kaos yang saya pakai ini, sampai sekarang masih bagus meski sejak 3 tahun lalu,” ucap dia sambil menunjukan kaus yang dipakainya.

Selain menjual langsung pada konsumen, Ardiyansah juga menjual dengan memanfaatkan media sosial.

Peminat kaus Ardiyanshah pun datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia dan manca negara. 

“Kaus lukisan tusuk gigi buatan saya,banyak diminati oleh luar pulau, yaitu Kalimantan. Sedangkan ke mancanegara, kaus banyak dipesan oleh tenaga kerja yang berada di Hongkong, Singapura, Taiwan, hingga Australia,” tuturnya.

Kini, dengan lukisannya, Ardiyansah mampu mendapatkan pemasukan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta setiap bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com