Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekan Salim Kancil: Saya Memang Pura-pura Mati, Pak Hakim

Kompas.com - 25/02/2016, 18:19 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com — Tosan, korban luka parah aksi pengeroyokan penambang pasir di Lumajang, bersaksi di sidang Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis (25/2/2016).

Tosan mengungkap mengapa dia masih hidup di tengah gempuran massa bersenjata tajam saat itu.

"Saya memang pura-pura mati, Pak Hakim. Kalau tidak gitu, saya mati beneran," kata Tosan dengan logat kental bahasa Madura-nya saat bersaksi di depan majelis hakim.

Tosan menceritakan, pada 26 November 2015 lalu, puluhan orang mendatangi rumahnya di Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, dengan membawa senjata tajam dan balok kayu.

Mereka adalah kelompok pendukung aktivitas penambangan yang terang-terangan akan membunuh Tosan, salah satu aktivis desa anti-tambang. Melihat banyak orang, Tosan pun melarikan diri ke rumah tetangganya, Santo. Sempat beberapa saat Tosan bersembunyi di dapur, lantas dia berlari ke tanah lapang di dekat rumah Santo.

"Saya lihat massa masih berkerumun di dekat dapur, takut dibunuh di dapur, saya pun lari ke lapangan," jelasnya.

Saat berlari di tengah lapangan, dia menemui seorang anak yang sedang mengemudi sepeda angin. Tosan meminjam sepeda tersebut agar lebih cepat melarikan diri. Namun, massa mengetahui Tosan yang sedang berlari menggunakan sepeda itu.

Salah seorang pelaku menabraknya dengan sepeda motor, dan Tosan pun terjatuh. Tosan masih berupaya meraih sepeda angin itu, tetapi massa memukulnya dengan balok kayu tepat di punggung. Dia pun kembali jatuh tersungkur. Beberapa motor lalu menindasnya di tengah lapangan.

"Saat itulah saya pura-pura mati, dan akhirnya tidak sadarkan diri. Saat sadar, saya sudah di rumah sakit," jelasnya.

Tosan adalah rekan Salim Kancil yang menderita luka di sekujur tubuh dan lambungnya akibat penganiayaan massa pendukung aktivitas penambangan. Sementara Salim Kancil sendiri tewas mengenaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com