Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Plastik, Jajan di Kantin Sekolah Ini Wajib Pakai Pincuk

Kompas.com - 23/02/2016, 22:43 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Siswa-siswa SMP Negeri 2 Mertoyudan, Kabupaten Magelang, mulai membiasakan diri mengurangi penggunaan plastik di lingkungan sekolahnya.

Mereka biasa memakai pincuk (daun pisang) saat membeli makanan di kantin sekolah. Di kantin sekolah tidak banyak ditemukan makanan kemasan plastik, apalagi stereofoam.

Kebanyakan makanan yang dijual berupa tempe goreng, pisang goreng, tahu, keripik, dan kudapan tradisional. Minuman yang dijual pun tidak ada yang dalam kemasan. Kalau hendak membeli minuman, kantin sudah menyediakan gelas yang harus dikembalikan lagi setelah dipakai. Kantin menjual teh, air putih, dan minuman segar buatan sendiri.

"Kami biasanya bawa bekal atau wadah sendiri dari rumah, tapi kalau mau jajan di kantin pakai pincuk dan gelas dari kantin. Supaya tidak banyak sampah plastik, itu (plastik) kan berbahaya untuk lingkungan," kata Lani, siswa kelas VIII, Selasa (23/2/2016).

Septi dan teman-temannya tampak mulai menikmati kebiasaan tersebut. Mereka akan kena tegur guru jika kedapatan melanggar peraturan tersebut.

"Kalau jajan makanan kemasan plastik, bungkusnya tidak boleh dibuang sekolah, tapi dibawa pulang," kata Alifia, siswa lainnya.

Sekolah Adiwiyata
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Mertoyudan Aziz Amin Mujahidin mengatakan, kantin sehat sudah diterapkan ketika sekolah mulai mengembangkan sekolah berbasis lingkungan (Adiwiyata) sejak dua bulan terakhir.

Langkah tersebut sebagai upaya untuk membudayakan hidup sehat dan bersih pada siswa mulai dari lingkungan sekolah. Termasuk sebagai bentuk partisipasi sekolah kepada Pemerintah Kabupaten Magelang agar meraih penghargaan Adipura 2017.

"Kantin sehat ini bertujuan agar kami terbiasa mengurangi konsumsi makanan kemasan. Makanan yang dijual makanan tradisional yang murah meriah dan sehat. Selain itu, upaya ini juga demi mengurangi sampah plastik di lingkungan sekolah," kata Azis.

Lebih lanjut, ujar Azis, siswa ataupun guru yang tidak mengindahkan peraturan ini akan mendapat teguran, tetapi dengan cara yang persuasif. Diharapkan kebiasaan ini juga diterapkan di lingkungan mereka di luar sekolah.

Di sekolah yang terletak di Desa Japunan, Kecamatan Mertoyudan, ini pun tampak begitu asri dan hijau. Di beberapa sudut sekolah tumbuh berbagai pohon peneduh, tanaman obat keluarga (toga), bahkan beragam sayuran segar, seperti sawi, seledri, bayam, dan selada yang ditanam dengan teknik hydroponic di depan kelas.

Azis menambahkan, tahapan menuju sekolah Adiwiyata tidak hanya pada penerapan kantin sehat, tetapi juga pada setiap mata pelajaran harus berintegrasi dengan lingkungan.

"Harapan kami masyarakat sekitar sekolah juga ikut berpastisipasi. Tentu kami pun berusaha untuk malakukan pembenahan sarana dan prasarana untuk mendukung sekolah kami menjadi sekolah Adiwiyata," ucap Azis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com