Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil: Sampah Kresek Jadi Penyebab Banjir di Bandung

Kompas.com - 21/02/2016, 13:50 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyambut baik program kantong plastik berbayar. Menurut dia, pengurangan kantong plastik bisa mengurangi potensi bencana banjir di Kota Bandung.

Menurut data PD Kebersihan Kota Bandung, produksi sampah di Kota Bandung rata-rata 1.500 ton setiap hari. Sebanyak 20 persen di antaranya merupakan sampah anorganik dan hampir 15 persen atau 3 ton sampah berupa kantong plastik.

"Dari 1.500 ton sampah 20 persen anorganik, dari 20 persen hampir dominasinya plastik. Dari laporan, yang bikin banjir-banjir itu hampir semua sampah keresek. Menyumbat aliran sungai. Sampah kresek salah satu penyebab banjir," kata Ridwan di Jalan Ir Djuanda (Dago), Minggu (21/2/2016).

Penerapan soal kantong plastik berbayar bukan hal baru. Negara tetangga seperti Malaysia, Taiwan, dan Hongkong telah lebih dulu menggunakan regulasi itu.

Meski begitu, pria yang akrab disapa Emil itu tetap menilai kebijakan tersebut menjadi langkah maju Indonesia untuk mengurangi sampah plastik.

"Jadi dengan begini kita sudah selangkah lebih maju kita akan tegakkan peraturan dan kuncinya ada diedukasi," ucapnya.

Emil mengaku bakal lebih giat mengampanyekan gerakan pengurangan kantong plastik di Bandung.

"Saya akan banyak mengimbau program edukasi ke masyarakat, yang keren itu tidak membeli kantong plastik yang keren itu bawa kantong belanja sendiri," tutur Emil.

Dia pun tak melarang jika para pengusaha ritel berkreasi menjual kantong belanja pribadi. Namun mesti didesain menarik agar masyarakat berminat untuk membeli.

"Kalau kelupaan atau kepepet baru membeli (kantong plastik) dengan nilai yang disepakati bersama minimal Rp 200, tapi kalau tiap toko punya policy sendiri bisa menjual (kantong belanja) seperti di Superindo," jelasnya.

"Mudah-mudahan budaya orang Bandung kayak dulu lagi, ke toko belanja bawa kantong sendiri kita akan menggerakan sampai juni kita lihat kita review, mudah-mudahan jadi budaya baru," jelas Emil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com