Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riau Mulai Kemarau, Ditemukan 6 Titik Panas

Kompas.com - 17/02/2016, 11:19 WIB
Syahnan Rangkuti

Penulis

PEKANBARU, KOMPAS.com - Tanda-tanda musim kemarau di Riau, sudah menampakkan diri di wilayah pesisir timur pantai Sumatera atau bagian utara Riau. Rata-rata curah hujan dalam dua pekan terakhir semakin rendah.

Pada Rabu (17/2/2016) pagi, satelit pengindera cuaca Aqua Terra menampakkan enam titik panas di provinsi yang terletak di tengah Pulau Sumatera itu.

“Di Sumatera, ada sembilan titik panas yang terpantau satelit. Enam diantaranya berada di Riau, dua di Sumatera Utara dan satu di Aceh. Dari enam titik panas itu, hanya dua yang diprediksi sebagai titik api atau kebakaran dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Satu titik berada di Dumai dan satu di Meranti,” ujar Sugarin, Kepala Stasiun Meteorologi Pekanbaru, yang dihubungi Rabu pagi.

Wilayah pantai timur Sumatera atau utara Riau membentang dari Rokan Hilir, Dumai, Siak, Bengkalis sampai Kabupaten Kepulauan Meranti.

Data curah hujan sampai pertengahan Februari, sebagian besar wilayah utara itu hanya berkisar antara 0 sampai 50 milimeter, atau kategori rendah. Bahkan di beberapa titik di Bengkalis dan Meranti, curah hujan kurang dari 10 milimeter.

Kekeringan itu ternyata langsung diimanfaatkan orang-orang untuk membakar lahan untuk membuka kebun. Kebakaran lahan di Dumai, diakui oleh Kepala Polres Dumai, Ajun Komisaris Besar Polisi Suwoyo.

Namun kali ini polisi lebih aktif. Sejak awal Januari sampai pertengahan Februari 2016, aparat polisi Dumai sudah menangkap enam tersangka pembakar lahan yang diberkas dalam lima kasus terpisah.

“Terakhir, hari Senin kemarin kami menangkap seorang pembakar lahan, Guntur Napitupulu (61) yang menyebabkan empat hektar lahan terbakar,”  kata Suwoyo.  

Menurut Suwoyo, tersangka Guntur membersihkan lahan miliknya di Kelurahan Teluk Makmur, Kecmatan Medang Gampai, Dumai, dengan cara mengumpulkan kayu dan membakar pada Senin sore. Api kemudian menjalar dan membakar lahan seluas empat hektar dan tidak mampu dipadamkan.

Kebakaran lahan itu langsung memunculkan asap yang cukup tebal. Aparat kepolisian dibantu anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dumai dan Masyarakat Gotong Royong Melawan Kebakaran Lahan dan Hutan dengan mobil pemadam dari PT Kawasan Industri Dumai langsung berjibaku memadamkan api.

“Sekarang api sudah padam dan tersangka masih diperiksa,” kata Suwoyo.

Pada Sabtu (13/2/2016), aparat kepolisian Dumai mengamankan seorang pembakar lahan, Sugito Ngalimin (48), yang diduga menyebabkan kebakaran lahan seluas satu hektar di Kelurahan Bangsal Aceh, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai. Sugito juga sedang membuka lahan kebun dengan cara membakar.

“Dari enam tersangka yang kami tangkap, seluruhnya membuka lahan kebun dengan cara membakar. Kami tidak mau kecolongan lagi dengan para pembakar yang masih saja mencoba atau mencuri-curi kesempatan," kata Suwoyo.

"Mereka mungkin membuka lahan yang kecil, namun di lahan gambut api sangat mudah menjalar dan apabila sudah membesar tidak ada yang mampu memadamkannya, kecuali hujan,” lanjut Suwoyo.

80 Sekat Kanal

Menurut Suwoyo, pihaknya bukan saja bertindak tegas terhadap pembakar lahan. Secara preventif, polisi bersama masyarakat, dibantu beberapa perusahaan yang beroperasi di Dumai, sudah membangun 80 sekat kanal yang tersebar di lima kecamatan yang rawan bencana kebakaran lahan/hutan.

“Target kami membangun lebih dari 100 sekat kanal. Selain itu, kami minta aparat di Polsek melakukan patroli.  Setiap hari ada perwira yang saya kirim ke Polsek untuk melihat apakah perintah saya dilaksanakan. Saya sudah menyampaikan ke seluruh Polsek akan memberikan hadiah kepada anggota yang berhasil menangkap tangan pelaku pembakaran,” kata Suwoyo.

Selain itu, kata Suwoyo, mereka terus melakukan sosialisasi ke masyarakat dengan menyebarkan Maklumat Kapolda Riau tentang imbauan agar tidak membakar lahan.

“Saya bahkan menyebarkan ratusan eksemplar surat kabar yang berisi berita tentang penangkapan pelaku pembakaran di desa rawan kebakaran. Kami tidak mau dibilang hanya menggertak agar warga lain tidak melakukan pembakaran lagi,” kata Suwoyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com