Seorang pembeli, Dini (32) warga Limau Sundai mengatakan, setiap sarapan di meja makan wajib ada cakwe dan kue isi kacang merah sebagai teman kopi atau teh manis.
"Dari kami kecil-kecil, ayah saya dulu yang suka beli ini. Awalnya kami enggak mau makan karena kami pikir ini makanan China, enggak halal. Dibawa ayahlah kami ke sini, dia tunjukkan siapa yang masak, baru kami tahu orang kita rupanya yang jual," kata Dini.
"Sebenarnya enggak ada itu pakai minyak babi. Kalau pun ada, untuk orang itu sendiri, bukan untuk dijual. Langganan kami sering beli cakwe untuk sembahyang. Orang itu minta di goreng setengah matang, masih putih tepungnya. Nanti baru digoreng lagi pakai minyak mereka," ujar Idah menimpali.
Jelang tengah hari, Idah mulai membereskan peralatan masak dan dagangnya. Nampan besar wadah cakwe sudah kosong sedari tadi. Sudah tiba waktunya pulang dan beristirahat.
Sebelum Idah beranjak pergi satu pertanyaan muncul, soal masa depan usaha ini. Nampaknya, usaha ini akan hilang saat Idah tak lagi kuat berjualan/
"Tak ada yang menurun, tak ada hobi orang itu. Habislah, mungkin kami yang pertama dan terakhir orang Melayu yang jualan cakwe di Kota Binjai ini," pungkasnya sambil tersenyum.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.