Apalagi di saat partikel ringan berbahaya yang berasal dari kebakaran lahan dan hutan itu membuat udara negara tetangga Singapura dan Malaysia ikut tercemar.
Di saat Jakarta sedang memasuki puncak musim hujan pada awal Februari ini, Riau justru berada di penghujung hari basah. Sekitar dua pekan lagi, sebagian besar Riau, terutama di wilayah pantai timur Sumatera sudah mengalami kekeringan nyata.
Saat ini saja, menurut Kepala Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Sugarin jumlah hari tanpa hujan di wilayah utara Riau, terutama pesisir pantai timur, sudah berada pada kriteria hari hujan pendek.
Artinya, curah hujan sudah tidak turun selama 6-10 hari. Padahal, secara prakiraan iklim, Riau masih berada di musim hujan.
Kekeringan di wilayah utara Riau atau pantai timur Sumatera, yang membentang dari Kabupaten Rokan Hilir, Dumai, Siak, Bengkalis, dan Meranti acapkali akan berdampak buruk terhadap kebakaran lahan dan hutan.
Kondisi itu dapat dimaklumi karena sebagian besar wilayah di sana merupakan rawa gambut. Bencana asap besar Riau di tahun 2013 dan 2014 merupakan sumbangsih kebakaran di sekitar rawa gambut pantai timur itu.
Kali ini, menghadapi kemarau yang sebentar lagi tiba, persiapan untuk mencegah kebakaran lahan dan hutan di Riau, terus diintensifkan.
Pada lokasi-lokasi rawan bencana, sekat kanal sudah dibuat agar pada saat musim kemarau, air pada rawa gambut masih basah dan tidak gampang terbakar.
Beberapa pihak tidak ingin Satuan Tugas Siaga Bencana Karhutla (Kebakaran Lahan dan Hutan) di Riau dibentuk untuk menanggulangi bencana asap.
"Apalagi sampai masuk kategori tanggap darurat karena bencana tidak mampu lagi diatasi," kata Komandan Korem 031 Wirabima Riau, Brigadir Jenderal Nurendi saat ditemui di sela-sela peninjauan pembangunan sekat kanal di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin (1/2/2016).
"Sebelum kemarau ini, kami terus mengupayakan pembangunan sekat kanal sebanyak mungkin agar bencana asap semakin jauh," lanjut Brigadir Jenderal Nurendi.