Selain itu polusi udara membuat emosi pengguna kendaraan semakin memuncak. Selain terminal, di kawasan itu terdapat sekolah, perguruan tinggi, pusat pebelanjaan, perkantoran, dan pemukiman padat.
Namun di tengah keramaian tersebut, berdiri sebuah bangunan yang sangat sejuk, asri, dihiasi pepohonan yang rimbun.
Bangunan yang didominasi unsur bambu itu tertata dengan apik dan rapi. Siapa pun yang berkunjung ke tempat ini akan merasa tidak sedang berada di tengah Kota Bandung yang padat.
Alunan angklung dan beberapa jenis musik lainnya serta berbagai pertunjukan kesenian, membuat pengunjung enggan untuk pergi.
“SAU memang seolah menjadi oase,” tutur Taufik.
Di sini, hampir semua jenis kesenian Sunda dimainkan. Baik musik, tari, nyanyian, hingga bobodoran Sunda.
Bahkan uniknya, di sini pengunjung tidak hanya jadi penonton. Pengunjung pun menjadi pemain dalam angklung interaktif.
Pagelaran tersebut dikemas dalam satu paket pertunjukan. Setidaknya, ada 600 pemain yang terlibat pertunjukan setiap harinya.
“Dalam sehari ada lima sampai delapan kali pertunjukan. Pemainnya berasal dari daerah SAU,” tuturnya.
Keaktifan SAU dalam melestarikan budaya Sunda yang dikemas dalam bentuk menarik inilah yang membuatnya menerima banyak penghargaan.
Satu penghargaan terbaru adalah Best ASEAN Cultural Preservation Effort dari Arean Tourism Association (ASEANTA).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.