"Sering tiba-tiba mereka muncul dalam acara bakti sosial, pengobatan, bersih-bersih, kerja bakti, hingga acara-acara pertanian," kata Yuliyanto, Selasa (26/1/2016) siang.
Secara resmi, dia melanjutkan, Gafatar juga mengirimkan surat kepada Pemkot Salatiga untuk menjadi peserta upacara bendera di sejumlah instansi.
Yuliyanto bersyukur, dirinya terhindar dari upaya publisitas ormas tersebut lantaran ketegasannya menolak ajakan berfoto bersama.
Yuliyanto hanya berkenan berfoto bersama, tetapi dengan syarat tidak mengenakan atribut tertentu.
Syarat tersebut terbukti ampuh sehingga para anggota Gafatar mengurungkan niatnya berfoto bersama.
"Bahkan (mereka) pernah memamerkan buletin ataupun majalah, tetapi selalu saya tolak," tambah dia.
Peristiwa yang bersinggungan dengan Gafatar tersebut, lanjut Yuliyanto, terjadi pada 2012 hingga 2014.
Sebagian besar pengikut Gafatar tersebut adalah para pemuda, termasuk mahasiswa. Yuliyanto juga mengetahui bahwa Gafatar bergerak dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
"Mereka minta audiensi, selalu saya tolak karena melihat keabsahan saja sudah tidak jelas," ujarnya.
Sebelumnya dikabarkan, Pemkot Salatiga mengirimkan tim Kesbanglinmaspol, menyusul informasi bahwa lima warga kota itu berada di dalam rombongan anggota Gafatar yang dikarantina di Asrama Haji Donohudan, Boyolali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.