Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Bilang Pernah ke Buton kalau Belum Pegang Batu Wolio

Kompas.com - 26/01/2016, 11:00 WIB
Kontributor Baubau, Defriatno Neke

Penulis

BUTON, KOMPAS.com - Bila Anda berada di dalam Benteng Keraton Buton dan belum memegang batu Wolio, maka anda dianggap belum sampai di Pulau Buton.

Demikianlah kepercayaan yang dipegang masyarakat buton terhadap batu Wolio yang berada di dalam benteng di Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, itu.

Batu Wolio merupakan batu peninggalan Kesultanan Buton yang dipercaya masyarakat sebagai tempat pertama kali diketemukan Putri Wakaka oleh Tentara Kubilai Khan. Batu tersebut juga dijadikan tempat pertama kali putri Wakaka diangkat menjadi Raja Pertama di Pulau Buton.

“Batu ini juga biasa disebut juga batu Yi Gandangi karena di batu Wolio ini dibunyikan gendang menjelang pelatikan raja atau sultan,” kata pemandu Museum Keraton Buton, Al Mujasi Mulku Zahari Selasa (26/1/2016).

Sehari sebelum sultan dilantik, empat orang Bonto Siolimbona mengambil air di tempat yang dianggap suci lalu memasukkannya ke dalam ruas bambu sebanyak tujuh ruas. Air suci tersebut kemudian ditempatkan di atas batu Wolio.

“Kemudian dilakukan pemukulan gendang selama satu malam. Jadi batu Wolio ini disebut juga batu Yi Gandangi. Nanti saat Sultan mau dimandikan, air suci di atas batu tadi diambil dan dicampurkan dengan air mandi calon sultan,” ujarnya.

Menurut pemandu Wisata Benteng Keraton Buton, Sarman, dahulu diriwayatkan batu wolio mempunyai ketinggian sekitar 2 meter dengan bentuk seperti kelamin pria. Namun di masa Sultan Buton ke XXIX, La Ode Idrus Kaimuddin tahun 1824, batu tersebut dipotong.

“Batu Wolio dahulu pernah dijadikan semacam tempat sesembahan masyarakat, selain itu bentuknya dianggap tidak lazim, sehingga, seorang pemuka agama kesultanan, La Ode Abdul Ganiu memotong batu tersebut,” ucap Sarman.

Sekarang batu Wolio hanya memiliki ketinggian sekitar satu meter dan telah dipagari. Dia menambahkan, mitos yang berkembang di masyarakat, sebelum memegang batu wolio tersebut, pengunjung dianggap belum sampai di tanah Buton.

“Mitos ini beredar di masyarakat. Tapi banyak juga pengunjung yang melihat batu ini, ingin memegang langsung dan mengabadikannya dengan kameranya masing-masing,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com