Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salatiga "Diizinkan" Klaim Dua Obyek Wisata Kabupaten Semarang

Kompas.com - 18/01/2016, 16:31 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Sentimen kedaerahan antara kedua wilayah, Kota Salatiga dengan Kabupaten Semarang seolah tidak pernah padam.

Belum lama ini wacana pemekaran Kota Salatiga dengan "mencaplok" lima kecamatan di Kabupaten Semarang memunculkan perang opini kedua wilayah.

Belum lagi reda masalah itu, kini muncul lagi masalah serupa. Kali ini persolannya dipicu kemunculan publikasi kegiatan yang digelar di sejumlah destinasi wisata milik Kabupaten Semarang.

Sayangnya dalam publikasi, nama Kota Salatiga yang disematkan bukan Kabupaten Semarang. Salah satunya adalah, Kejuaraan Pacuan Kuda "Jateng Derby" 2016 pada 31 Januari 2016 di arena pacuan kuda Tegal Waton.

Arena pacuan kuda tersebut berada di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

Akan tetapi dalam berbagai promosi yang dibuat panitia dan disebar baik melalui media sosial maupun berita advertorial justru ditulis "Tegalwaton, Salatiga".

Masalah penyebutan ini memunculkan protes masyarakat, salah satunya Afiq muhammad (22) warga Tengaran. Lewat posting-nya di grup Facebook "Bangun Kab.Semarang", pemuda ini menyampaikan unek-uneknya.

"Harusnya Pemkab (Semarang) membuat aturan untuk tidak menggunakan nama Salatiga pada semua alamat, tempat usaha dan event-event yang ada di Kabupaten Semarang. Kalau pakai nama Salatiga jangan diberi izin," kata Afiq.

Selain kegiatan Jateng Derby 2016, ajang lainnya yang dianggap sebagai "klaim" tidak mendasar adalah kegiatan "Festival Mata Air 2016" yang akan digelar 20-21 Februari 2016 di Muncul, Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Namun oleh penggagas acara, yakni Komunitas TUK (Tanam Untuk Kehidupan) lokasi acara ditulis sebagai "Muncul, Salatiga".

Problem "kekaburan" identitas ini juga dirasakan warga di wilayah Kabupaten Semarang yang beririsan dengan Kota Salatiga, seperti Kecamatan Tuntang, Bringin, Pabelan, Suruh, Tengaran dan Getasan.

Seringkali Warga setempat saat ditanyakan daerah asalnya, mereka selalu mengaku berasal dari Salatiga.

"Lha wong warga Tegalwaton (Tengaran) saja kalo lagi keluar kota ditanya alamatnya jawabnya Salatiga kok. Orang Ungaran ngakunya juga (dari) Semarang, apalagi ini menyangkut sponsor dan media," kata Purwa Dinata, seorang warga Salatiga.

"Terkadang media kan juga tidak tahu, tapi saya juga setuju kalo pemerintah ikut mengintervensi kegiatan tersebut, paling tidak dinas pariwisata ikut promo," tambah dia.

Berbeda dengan sentimen yang berkembang, Penjabat (Pj) Bupati Semarang, Sujarwanto Dwiatmoko mempunyai sikap yang berbeda.

Ia justru mempersilahkan Pemkot Salatiga maupun para investor melabeli sejumlah tempat wisata di Kabupaten Semarang dengan 'merek" Salatiga.

Menurut Sujarwanto, pelabelan Salatiga pada sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Semarang, tidak akan merugikan Kabupaten Semarang.

"Sama ketika Jogja mempromosikan Candi Borobudur yang ada di Magelang (Jawa Tengah). Silakan saja Salatiga promosikan Tegalwaton, Rawapening atau tempat wisata lainnya. Toh yang dapat manfaatnya adalah kabupaten Semarang," kata Sujarwanto, saat ditemui Senin (18/1/2016) siang.

Terkaita dugaan pelabelan ini terkait dengan upaya menggiring opini ke arah pemekaran Salatiga, Sujarwanto buru-buru menepisnya. Ia menegaskan, diskusi batas kewilayahan kedua daerah bertetangga ini sudah final.

"Tidak pernah ada lagi diskusi tentang pemekaran. Masyarakat tidak perlu sensitif mengenai masalah ini," dia menegaskan.

Sujarwanto menambahkan, yang dibutuhkan kedua wilayah ini adalah saling bersinergi demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Menarik kedua wilayah dalam perdebatan mengenai batas kewilayahan hanya akan menghabiskan energi dan waktu. "Tidak perlu dilarang-larang orang Tengaran mau belanja di Salatiga, atau sebaliknya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com