Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gafatar Pernah Gelar Aksi Penghijauan di Candi Borobudur

Kompas.com - 12/01/2016, 16:06 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Nama organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) belakangan menjadi perbincangan publik setelah diduga menyebarkan aliran sesat dianggap mengancam keutuhan NKRI dengan membentuk Negara Karunia Tuhan Semesta Alam.

Kelompok ini disebut terkait dengan hilangnya dokter Rica Tri Handayani dan anak balitanya belum lama ini.

Gafatar sendiri telah menunjukkan eksistensinya melalui berbagai kegiatan sosial dan budaya di berbagai daerah.

Dari hasil penelusuran Kompas.com, kelompok ini pernah melakukan sejumlah kegiatan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada April 2012.

Ratusan anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gafatar Jawa Tengah dan DIYsaat itu melakukan penghijauan dan bersih-bersih di Candi Borobudur, sarasehan dan kegiatan budaya meruwat Candi Borobudur bersama seniman lokal.

Iskandar M Siregar, Kepala Seksi Pelayanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur (BKB), membenarkan Gafatar pernah melakukan aksi tanam pohon di zona I, Candi Borobudur.

"Seingat saya, mereka pernah mengadakan kegiatan penghijauan di zona I dekat lapangan Guna Dharma Candi Borobudur. Mereka juga mengajukan surat resmi," kata Iskandar, Selasa (12/1/2016).

Iskandar mengatakan, saat itu pihaknya tidak menaruh curiga kepada organisasi berlambang matahari tersebut.

Sebab, kala itu Gafatar hanya mengadakan kegiatan tanam pohon dalam rangka pelestarian alam sekitar cagar budaya dunia itu.

"Waktu itu hanya penghijauan, (tujuan) lain-lainnya tidak ada," katanya.

Meski demikian, pihaknya sempat melakukan penelusuran terhadap kelompok tersebut sebelum kemudian memberikan persetujuan.

Pihaknya menemukan bahwa Gafatar diduga kelompok yang berafiliasi dengan Ahmad Musadeq, pria yang mengaku sebagai nabi palsu.

"Namun pada saat itu, Gafatar belum dilarang pemerintah, masih legal. Pasca-kegiatan itu kami juga tidak pernah lagi melakukan komunikasi," kata Iskandar.

Hal senada dikatakan salah seorang seniman Borobudur, Sucoro Setrodiharjo. Ia menjelaskan setelah melakukan aksi penghijauan, anggota Gafatar ikut bergabung dalam rangkaian kegiatan budaya bersama Warung Info Jagad Cleguk.

"Saat itu mereka ikut sarasehan tentang pelestarian dan upacara ruwat rawat Candi Borobudur," kata Sucoro.

Ketika itu, Sucoro menegaskan tidak berpikir negatif terhadap kelompok yang belakangan dituding sebagai organisasi terlarang dan dianggap sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Hanya saat itu saja kami berhubungan. Setelah itu sudah tidak pernah berhubungan lagi. Bahkan kami sudah lupa siapa yang menghubungi kami dulu,” ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com