Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Izin Kontrak untuk Toko, tetapi Dijadikan Sekretariat DPD Gafatar

Kompas.com - 11/01/2016, 14:36 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kantor Sekretariat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gafatar DI Yogyakarta di Taman Kuliner K67, Condongcatur, Depok, Sleman, sudah ditinggalkan penghuninya.

Kantor berukuran 3X3 meter ini sudah ditinggalkan sejak sekitar enam bulan lalu.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com di rumah kontrakan Sekolah Berbasis Rumah (SBR) Gafatar di Jalan Nanas, Ngadisoka Purwomartani, Kalasan, Sleman terdapat formulir eksodus yang berserakan.

Di formulir itu terdapat alamat Sekretariat DPD Gafatar DIY, di ruko nomer K67, Taman Kuliner, Condongcatur, Sleman.

Saat didatangi Kompas.com, ruko tersebut sudah dalam keadaan terkunci dan kosong. Petugas keamanan Taman Kuliner Sleman, Suroto menuturkan, ruko itu dikontrak sekitar setahun lalu.

Izin kontrak pemakaiannya untuk warung klontong. "Tapi dijadikan semacam kantor," ucap Suroto, Senin (11/01/2016).

Suroto menyampaikan, selama disewa, memang setiap hari banyak orang yang datang. Namun, hanya masuk lalu pergi lagi.

"Kantor itu selalu ditutup jika ada pertemuan. Jadi masuk tiga orang lalu keluar, gitu terus secara bergantian," tegas dia.

Sekitar enam bulan lalu, lanjut dia, di ruko itu sudah mulai tidak ada aktivitas. Pintu tertutup rapat dan kunci belum dikembalikan oleh penyewanya.

Menurut dia, pagi tadi ada anggota kepolisian dari Polda DIY yang sudah datang ke Taman Kuliner Sleman untuk mengecek. "Tadi pagi dari Polda DIY sudah kesini, ya tanya-tanya soal itu," ujar dia.

Sementara itu, Santi pemilik usaha kaos di Taman Kuliner ruko K66, mengaku ruko yang berada di sisi utara tempatnya memang dijadikan kantor koperasi anggota Gafatar.

"Sempat ngobrol-ngobrol dengan salah satu dari mereka saat main ke tempat saya. Katanya ruko digunakan sebagai kantor koprasi anggota Gafatar," tegas dia.

Menurut dia, dulu selama dua kali dalam seminggu ada pertemuan di ruko tersebut. Dalam pertemuan itu selalu diawali dengan teriakan "Gafatar" lalu diteruskan dengan bernyanyi bersama.

"Mulainya pagi sekitar jam 8-an," tandas dia.

Namun, karena nyanyian itu menganggu penyewa lainn, maka oleh satpam ditegur. Setelah teguran itu, aktivitas di ruko K67 berangsur-angsur sepi. 

Diberitakan sebelumnya, ajaran itu diduga sesat, karena konon tidak mengakui Muhammad sebagai nabi terakhir dan tidak wajib melaksanakan shalat jumat. Selain itu, anak-anak yang belum baligh dilarang menyentuh Al Quran.

Organisasi ini pun mengakui bahwa Ahmad Musaddeq sebagai pemimpin besar mereka yang kini berada di Jakarta. Ahmad Musaddeq diyakini sebagai nabi bagi Gafatar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com