Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percik Asa Para Perempuan Bergaji Rp 20.000 di Tempat Daur Ulang Plastik

Kompas.com - 06/01/2016, 09:54 WIB
Kontributor Baubau, Defriatno Neke

Penulis

BAUBAU, KOMPAS.com - Tidak bekerja maka tidak makan. Walau pekerjaan kasar, setidaknya memperoleh rezeki dengan cara yang halal.

Itulah prinsip yang dipegang Halimah (45), warga Kelurahan Wangkanapi, Kecamatan Wolio, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, dalam menjalani pekerjaan sebagai buruh di tempat daur ulang sampah plastik.

"Kita mau kerja apa lagi? Saya hanya sendiri, anak saya empat. Saya kerja begini untuk keluarga, kalau saya tidak kerja, kami tidak makan," kata Halimah yang sudah bekerja sebagai buruh sekitar 3 tahun, Rabu (6/1/2016).

Kedua tangannya dengan cekatan memilah-milah sampah plastik dipisah dan dikumpulkan sesuai warna masing-masing. Halimah mengaku betah dengan pekerjaannya yang sekarang walau digaji hanya Rp 20.000 per hari.

"Gaji kami terima tiap bulan. Saya rata-rata cuma terima tiap bulan Rp 600.000. Saya juga sisihkan untuk bayar uang sewa tanah Rp 800.000 per tahun. Saya bikin rumah diatas tanahnya orang, saya sewa tiap tahun," tuturnya.

Dia masuk kerja pukul 07.30 Wita dan pulang pulang pukul 16.30 Wita. Pekerjaan sehari-harinya di tempat daur ulang plastik hanya membersihkan sampah plastik hingga bersih.

“Walaupun kerjaku hanya begini saja, yang penting aku dan anakku masih bisa makan,” katanya.

Bukan hanya Halimah, seorang teman kerjanya yang lain, Hanasiah (46) warga Kelurahan Bataraguru, Kecamatan Wolio juga harus bekerja sebagai buruh di tempat daur ulang sampah. Hanasiah sengaja bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya, pasalnya suaminya hanyalah seorang tukang becak dengan penghasilan yang tidak menentu.

"Saya selain kerja disini, malamnya saya memulung di sekitar Kota Baubau. Dari hasil memulung saya bisa dapat Rp 500.000 tiap bulannya. Capek juga, tapi apa boleh buat cari hidup nafkahi anak-anak," ujar ibu dari enam anak dan dua orang cucu ini.

Apalagi, selain ia bekerja untuk makan sehari-hari, juga harus membayar uang kontrakan rumah setiap bulannya.

"Saya sudah 15 tahun tinggal di rumah kontrakan. Saya kerja begini, untuk keluarga kami juga, apalagi masih ada anak saya masih sekolah dasar. Namun kami tetap bersyukur, karena kami masih sehat dan masih bisa makan," ucap Hanasiah.

Menurut Hanasiah, semua yang kerja di tempat daur ulang plastik ini merupakan wanita yang bekerja untuk mencari nafkah buat keluarganya masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com