SMPN 10 Salatiga Jadi Sekolah Literasi Pertama di Indonesia

Proyek ini diklaim sebagai sekolah literasi pertama di Indonesia.

"Ini adalah program yang sangat bagus, oleh karenanya tidak ada kata selain dukungan untuk suksesnya program. Saya berharap sekolah lain di Salatiga juga mengikuti program gemar baca ini," kata Yuliyanto.

Tidak hanya dukungan dan apresiasi, Yuliyanto juga berharap seluruh warga kota yang multi etnis ini memiliki budaya membaca setiap harinya.

"Mimpi saya, setelah semua sekolah menjadi sekolah literasi. Kemudian kota Salatiga menjadi kota literasi," imbuhnya.

Senada dengan Yuliyanto, Konsultan Budaya Literasi Dikdasmen Kemdikbud RI, Satria Dharma, mengaku bangga karena Salatiga mampu menjadi yang pertama dalam program sekolah literasi.

"Dengan menggalakkan budaya baca, akan mampu memajukan pendidikan bangsa," kata Dharma.

Kepala SMPN 10 Salatiga, Yati Kurniawati menjelaskan, progam literasi ini bertujuan menanamkan minat baca kepada para siswa.

Sebagai penunjang program tersebut, sekolah ini memiliki 8.000 eksemplar buku yang terdiri dari 5.000 buku pelajaran dan 3.000 buku non-pelajaran.

"Praktiknya, program sekolah literasi ini adalah siswa diwajibkan membaca buku selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai," ujar Yati.

Dalam pencanangan sekolah literasi tersebut, imbuh Yati, pihaknya sengaja mengundang 600 wali murid dan para stakeholder.

Ia berharap para wali murid ikut memahami dan mendukung program tersebut.