Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melawan Jenuh di Penampungan Rohingnya

Kompas.com - 18/12/2015, 20:17 WIB
Kontributor Lhokseumawe, Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – Azan untuk salat Jumat berkumandang 18 Desember 2015. Dua pemuka agama warga Rohingnya bersiap di masjid.

Sebagian pria warga Rohingnya asal Myanmar itu masih bersiap-siap. Ada yang sedang mandi di kamar mandi bersama, sebagian lainnya sedang berwudhu.

Sedangkan kaum ibu duduk santai di depan kamar masing-masing. Ada yang menyusui anak, menanak air, dan berbincang ringan dengan sesama mereka.

Sejurus kemudian belasan orang memadati masjid. Melaksanakan shalat Jumat bersama.

Kini, sebanyak 109 warga Rohingnya asal Myanmar masih bertahan di lokasi penampungan Desa Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.

Ketika mendarat dengan perahu sederhana awal April lalu jumlah mereka mencapai 500 orang lebih. Sebagian besar telah lari dari penampungan dan menuju Malaysia. Di negeri jiran itu, mereka memiliki keluarga dengan jaminan pekerjaan yang layak.

Di Aceh, mereka diselamatkan nelayan. Selama di penampungan kerja mereka hanya rutinitas, dari bangun pagi, olahraga, makan, tidur, salat dan begitu seterusnya sampai malam tiba.

Selama di Aceh, sebagian generasi Rohingnya telah lahir di bumi Serambi Mekkah itu. Mereka tumbuh subur.

Saban waktu salat mereka berwudhu, lalu salat berjamaah bersama. Di depan kamar penampungan mereka menanak air dan makanan. Sedangkan anak-anak bermain di jalan kompleks penampungan.

Di lokasi itu juga disediakan masjid yang diberi nama Arakan, salah satu nama provinsi di Myanmar. Di masjid itulah mereka beribadah.

Kini, sebagian besar kamar sudah kosong, penghuninya sudah melarikan diri.

“Sesungguhnya kami ingin ke Malaysia. Aceh dan Indonesia sangat baik. Namun, di Malaysia kami bisa bekerja dan menghidupi keluarga,” sebut Muhammad Syuib dalam bahasa Indonesia terbata-bata.

Kaki Muhammad Syuib berbalut perban. Dia jatuh dari sepeda motor. Sepeda motor itu milik warga sekitar yang mengajaknya berkeliling di sekitar penampungan. “Sedikit sakit. Kami di sini sangat bosan. Hanya makan dan tidur saja,” ujar dia.

Kini, Syuib dan warga pengungsi lainnya berharap agar Pemerintah Indonesia mengizinkan mereka ke Malaysia. Atau, diizinkan menetap di Indonesia selamanya dan diberi izin bekerja.Bukan sebagai status pengungsi.

Sementara, Pemerintah Indonesia hanya mengizinkan mereka menetap selama setahun, sebelum mendapatkan negara yang bisa memberikan suaka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com