Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliansi Masyarakat Sunda Tetap Persoalkan Pelesetan Salam "Sampurasun" Rizieq Shihab

Kompas.com - 08/12/2015, 08:06 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Aliansi Masyarakat Sunda menyambangi Kantor Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama Jawa Barat. Mereka membahas isu penistaan Bahasa Sunda yang diduga dilakukan petinggi Front Pembela Islam Rizieq Shihab.

"Orang Sunda dari dulu hade goreng ku basa (baik buruknya tergantung bahasa)," kata Perwakilan Aliansi Masyarakat Sunda Noery Ispandji Firman, Senin (7/12/2015) kemarin.

Namun dalam dialog itu, Noery menegaskan, Aliansi Masyarakat Sunda lebih mengutamakan dialog dibanding turun ke jalan dan membuat macet yang cenderung merugikan kepentingan umum.

"Bahasa itu cicirieun (ciri khas) Bangsa, ketika Bahasa Sunda dilecehkan, maka kami selaku pemilik bahasa itu tentu merasa tersinggung," ujar Noery.

Menanggapi pandangan itu, Pengurus PWNU Jawa Barat Eman Suryaman menyatakan, NU mendukung sepenuhnya gerakan Aliansi Masyarakat Sunda.

Eman menyebut Islam dan Sunda di Jawa Barat itu satu karuhun (Keturunan). Karena jika ditarik garis keturunan, Sunan Gunung Jati adalah Cucu Prabu Siliwangi.

"Satu karuhun tidak boleh saling cela, apalagi para wali mengedepankan kebudayaan dalam melakukan dakwah Islam, bukan dengan saling mencela apalagi nafsu amarah," ungkap dia.

Sementara itu, Sekretaris PWNU Jawa Barat KH Imron Rosadi menyatakan mendukung langkah yang telah diambil Aliansi Masyarakat Sunda.

"Tentu kami dukung sepenuhnya, sebagaimana yang disampaikan Pak Eman, Islam kita itu Islam kultur," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Rizieq memelesetkan salam "sampurasun" khas warga Sunda menjadi "campur racun" saat berbicara di depan publik. Hal itu terekam dalam sebuah video pendek yang kemudian diunggah ke situs Youtube.

Aksi itu kontan menuai kecaman dari banyak pihak, utamanya komunitas masyarakat Sunda. Tak ketinggalan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pun angkat bicara dalam persoalan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com