Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"AIDS Itu Tidak Menular dari Bekas Makanan dan Tempat Tidur"

Kompas.com - 02/12/2015, 07:58 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis


Tak mudah lepas

Menurut alumni psikologi Universitas Medan Area ini, jarum suntik adalah jalur masuk terbesar penularan HIV karena langsung bersentuhan dengan darah. Biasanya pengguna malas membeli atau menggunakan jarum suntik baru, makanya menggunakan jarum bekas pakai orang lain.

Di jarum suntik, HIV masih bisa hidup selama empat minggu karena lembab.

"Pertimbangannya banyak, daripada beli jarum baru Rp 5.000, bagus uangnya buat patungan beli narkoba. Atau takut membawa jarum baru atau beli di apotik karena takut ditangkap. Ada alasan hukum dan ekonomi sebenarnya. Sekarang memang sudah ada perubahan, pemahaman kepolisian juga sudah cukup bagus. Juga ada program KPA untuk membagian jarum suntik gratis," kata pria yang kerap disapa Bang Badu itu.

Saat ini, orang-orang yang mereka dampingi juga turut melakukan kampanye.

"Bayangkan sejak 2000 sampai 2015 didampingi, malah ada yang sudah menjadi pembicara. Cuma perilakunya saja, ini berkaitan dengan adiksi dan penyakit psikologis, bagaimanapun tidak mudah lepas dari kecanduan. Apalagi selain pengguna narkoba dengan jarum suntik juga positif HIV/AIDS," ungkapnya.

Dia mengatakan, 96 persen pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah laki-laki. Semua berawal dari coba-coba lalu terjebak dan menjadi kecanduan.

"Tidak ada yang bercita-cita menjadi pecandu, semua awalnya coba-coba, penasaran, diajak teman. Kebanyakan di mulai di usia remaja. Dampingan kami yang termuda saat ini berumur 23 tahun," ujarnya.

Jangan dijauhi

Badurani berharap, teman-teman ODHA konsisten mengikuti terapi obat Antiretroviral (ARV) karena angka lost follow-up dari orang yang ARV tinggi. Kalau lost follow-up kekebalan tubuhnya akan menurun dan fatal, dia menyarankan segera datang berobat ke layanan-layanan ARV yang ada di Kota Medan.

Dia juga berharap, keluarga yang anggota keluarganya terkena HIV tidak melakukan diskriminasi.

"Cobalah keluarga lebih bisa menerima dan memahami bahwa HIV adalah penyakit yang biasa saja sebenarnya. Dia tidak menular dari bekas makanan, tempat tidur, tempat minum," tegasnya.

Dari sisi layanan sudah cukup bagus di Medan, bahkan Puskesmas sudah menyediakan layanan untuk ODHA, tinggal di tingkatkan saja.

"Bagaimana ketersediaan ARV jangan sampai putus. ARV saat ini masih dari pusat, tantangan kita Kota Medan mulai berfikir bagaimana sewaktu-waktu ARV dari nasional sudah tidak ada. Kalau kota sendiri di jaman di sentralisasi ini tidak mempersiapkan, kalau besok lusa tidak ada, bayangkan teman-teman yang sudah terapi ARV tidak ada ARV-nya?" tuturnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com