Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib 9 Anak Pengidap AIDS yang 'Tersingkir' dari Masyarakat

Kompas.com - 02/12/2015, 07:00 WIB
Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Sebuah rumah di Jalan Songgorunggi, Kelurahan Bumi, Laweyan, Solo, sepintas, hanyalah seperti rumah biasa pada umumnya. Namun menjadi tidak biasa saat memasuki rumah tersebut.

Anak-anak bermain dan bercanda riuh dengan kegembiraan. Seorang pria setengah baya juga tampak di antara anak-anak tersebut.

Saat lebih jauh masuk dan berbincang, kesembilan anak tersebut menyandang status ADHA (Anak Dengan HIV/AIDS).

Rumah sederhana tersebut adalah rumah singgah bagi anak anak yang 'terbuang' dari keluarga maupun lingkungannya.

Sudah kurang lebih dua tahun, Puger Mulyono, salah satu pengelola Rumah Singgah ADHA Lentera berada di kampung tersebut.

Puger dan beberapa relawan lainnya merasa terpanggil untuk menemani dan menjaga anak anak yang menjadi korban. Sebagian besar anak anak tersebut yatim piatu. Mereka tertular karena orangtuanya meninggal akibat virus mematikan, HIV/AIDS.

Kemudian penyakit mau tidak mau harus ditanggung anak anak tersebut membuat mereka 'tersingkir' dari keluarga bahkan lingkungan masyarakatnya.

"Awal mendirikan rumah singgah ini karena rasa kepedulian kamu terhadap anak-anak HIV/AIDS yang yatim piatu. Mereka tidak diakui lagi oleh keluarganya. Tidak ada yang mau merawat dan ditelantarkan, dan kami memberanikan diri, meskipun itu sulit," kata Puger, Selasa (1/12/2015).

Sembilan anak yang berada di rumah singgah tersebut setiap harinya mengikuti kegiatan belajar dan bermain bersama para pendamping. Homeschooling menjadi solusi untuk memenuhi pendidikan anak anak tersebut.

"Ada anak yang harus keluar dari sekolah umum karena mengidap HIV/AIDS. Banyak sekolah dan bahkan masyarakat belum mengetahui benar bagaimana penularan HIV/AIDS. Itu yang menjadi keprihatinan kami," kata Puger.

"Ingus dan keringat tidak bisa menularkan, saya sudah lama berdekatan dengan mereka, gak tertular kok," kata Puger.

Menurut Puger, HIV/AIDS bisa menular melalui jarum suntik, hubungan seksual dan air susu ibu. "Oleh karena itu, kita mendesak Pemerintah untuk lebih peduli akan nasib pengidap HIV/AIDS, khususnya anak anak," kata dia.

Biaya pendidikan dan kesehatan yang sangat besar, membuat Rumah Singgah ADHA Lentera harus berjuang agar anak-anak dampingan mereka tetap mendapatkan haknya.

Di ujung pembicaraan, Puger pun mengisahkan bahwa dalam minggu ini rumah singgah tersebut harus pindah. Kontrakan rumah sudah habis dan saat hendak diperpanjang, tidak mendapat izin dari lingkungan sekitar.

Namun saat ditanya lebih lanjut, Puger mengelak untuk menjelaskan lanjut terkait isu-isu yang berkembang di masyarakat terkait penularan HIV/AIDS.

"Tidak bisa diperpanjang saja, ya mungkin karena isu-isu yang berkembang bisa jadi. Tapi yang jelas di lokasi yang baru nanti, sosialisasi terkait cara penularan HIV/AIDS ke masyarakat harus dimaksimalkan," kata dia sembari merangkul salah satu anak asuhnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com