Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Lindungi Pengidap HIV, Agus Sempat Menyamar Jadi "Debt Collector"

Kompas.com - 01/12/2015, 13:40 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Mendampingi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan pekerjaan yang dicita-citakan oleh Agus Anang yang saat ini menjabat sebagai pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Pria 40 tahun itu semula hanya seorang relawan di PMI Kabupaten Temanggung. Namun berkat kinerjanya yang dinilai bagus, sekitar tahun 2008, Sekretaris Daerah Kabupaten Temanggung kala itu merekomendasikan dirinya menjadi anggota KPA setempat.

Sejak saat itu, Agus bergelut dengan program penanggulangan HIV/AIDS, maka praktis ia pun harus 'berkawan' dengan ratusan ODHA yang tersebar di wilayah ini.

Ada rasa kekhawatiran yang tentu dirasakan oleh pria asal Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung itu. Betapa tidak, virus HIV termasuk virus mematikan yang bisa menular dari manusia ke manusia.

Jika tak hati-hati bukan tidak mungkin Agus bisa ikut terjangkit. Di sisi lain, Agus merasa pekerjaannya menampingi ODHA merupakan pekerjaan mulia.

"Niat saya ibadah dan menolong orang, itu yang membuat saya bertahan dengan pekerjaan ini," ujar Agus di kantor KPA Kabupaten Temanggung, Selasa (1/12/2015).

Agus tidak memungkiri, suka dan duka pernah dialami sepanjang mendampingi ODHA dan keluarganya. Agus kerap bekerja di luar jam kerjanya sampai harus pergi pelosok wilayah Kabupaten Temanggung untuk mendampingi dan sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS.

Demi melindungi ODHA dan keluarganya, Agus bahkan kerap menyamar sebagai sales produk sampai mengaku sebagai debt collector sebuah leasing kendaraan bermotor.

"Setelah mendapat data pasien yang positif HIV/AID dari rumah sakit maka tugas saya mendatangi pasien itu, saya cari rumahnya, saya kerap mengaku sebagai sales atau debt collector saat ditanya tetangga pasien atau kerabatnya yang belum tahu kondisi sebenarnya," kata Agus.

"Tujuannya saya ingin melindungi pasien dan keluarganya," lanjut Bapak satu putra bernama Iman Basuki ini.

Sejauh ini, imbuhnya, masih banyak masyarakat yang berperilaku diskriminatif terhadap ODHA. Padahal ODHA sama halnya dengan pasien penyakit lainnya yang perlu dirangkul dan diberi motivasi, bukan justru dikucilkan.

Agus menceritakan, saat ia mendampingi ODHA usia sekolah dasar, dia bercerita bahwa anak itu hampir dikeluarkan oleh pihak sekolah karena khawatir akan menular ke siswa lainnya.

Namun berkat penjelasannya tentang HIV/AIDS kepada sekolah, anak tersebut masih bisa mengenyam pendidikan sampai saat ini.

"Saya tegaskan kalau sekolah sampai mengeluarkan ODHA, maka sekolah sama saja sudah diskriminasi. HIV/AIDS menular dengan cara-cara tertentu seperti hubungan seksual dan bergantian jarum suntik, kalau sekedar salaman saja tidak akan tertular," tegas Agus.

Intervensi

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com