Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tommy, dari Hancur Lebur hingga Jadi Penggerak Komunitas Peduli AIDS

Kompas.com - 01/12/2015, 10:44 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

Sekitar tahun 2009, Tommy bersama beberapa temannya sesama ODHA membentuk kelompok yang berbasis dukungan psikososial kepada ODHA di Magelang. Mereka intens mencari data dan menghimpun dukungan, baik dari masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk mendukung program-programnya.

Sampai pada tahun 2012, kelompok yang kemudian diberi nama Be Positive ini berkembang dari yang awalnya inklusif beranggotakan 5 orang ODHA menjadi eksklusif. Artinya, dari anggota yang semua ODHA kemudian terbuka untuk umum siapa pun yang peduli dan berkomitmen dengan penanggulangan HIV/AIDS boleh bergabung.

"Mau tidak mau harus membuka diri agar pihak lain, masyarakat dan pemerintah, juga dapat memberi kontribusi kepada ODHA. Sekarang ada 20 orang pengurus aktif, baik di Kota maupun Kabupaten Magelang," paparnya.

Meskipun memang pendampingan sesama ODHA lebih nyaman karena keduanya sama-sama mempunyai pengalaman yang sama.

"Kami sudah mendampingi lebih dari 80 ODHA yang tersebar di Kota dan Kabupaten Magelang. Beberapa diantaranya balita, ibu rumah tangga, pekerja. Ada yang sudah meninggal taoi banyak juga yang tetap sehat dan meningkat kualitas hidupnya," ungkapnya.

Adapun program yang dijalan Tommy bersama teman-temannya antara lain konseling, pelatihan tentang pengenalan HIV/AIDS hingga keterampilan.

Tommy mengungkapkan bahwa hal yang paling membanggakan selama perjalanan mendampingi ODHA adalah ketika keluarga ODHA yang awalnya menolak kemudian menerima kembali anggota keluarganya yang ODHA. Menurutnya, pendampingan terhadap keluarga ODHA juga lebih berat ketimbang terhadap ODHA sendiri.

"Peran keluarga itu penting karena merekalah yang paham atas kondisi ODHA, jadi keluarga juga butuh dikuatkan," tandasnya.

Tolak diskriminasi

Meskipun sudah berjalan kurang lebih enam tahun, Tommy dan Be Positive masih merasa ada sistem yang diskriminatif terhadap ODHA, di antaranya ODHA masih kesulitan dalam mendapatkam pekerjaan baik swasta maupun di lingkungan pemerintahan. Lalu, ODHA juga tidak memiliki hak untuk dipilih dalam hal politik, padahal mereka diwajibkan untuk memilih dalam setiap pemilihan umum.

"Kiranya perlu ada perbaikan sistem, hapuslah syarat melamar pekerjaan harus bebas HIV/AIDS. Kami ODHA jiga bisa menyumbang tenaga dan pikiran untuk kemajuan negara dan perusahaan," ulasnya.

Tommy memaparkan bahwa tantangan ke depan adalah ketersediaan obat ARV di Indonesia karena selama ini Indonesia masih mengandalkan bantuan mitra alias impor.

Tommy berharap ketergantungan Indonesia terhadap negara lain bisa dikurangi, sehingga pemerintah memproduksi obat secara mandiri.

"Kami berharap Indonesia ke depan memiliki komitmen untuk menanggulangi HIV/AIDS secara mandiri, apakah akan terua bergantung dengan mitra asing. Lalu kami juga ingin pemerintah menghapus sistem-sistem yang masih mendiskriminasikan ODHA," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com