Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tommy, dari Hancur Lebur hingga Jadi Penggerak Komunitas Peduli AIDS

Kompas.com - 01/12/2015, 10:44 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Selama belasan tahun, Tommy Rendro Sukmono Hadhe (40), kecanduan narkoba. Dia kerap menggunakan jarum suntik untuk memasukkan barang haram itu ke tubuhnya.

Tidak peduli jarum suntik itu steril atau tidak, dia juga kerap bergantian dengan temannya sesama pemakai narkoba. Sampai akhirnya pada tahun 2006, Tommy divonis positif mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Hatinya hancur lebur. Dia merasa bahaya beragam penyakit sudah mengintai hidupnya, terutama Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

"Belasan tahun saya pakai narkoba dengan jarum suntik yang bergantian sampai akhirnya saya positive HIV, saya hancur saat itu," ujar Tommy mengawali cerita, Selasa (1/12/2015)

Tak hanya dirinya yang merasa hancur, keluarganya pun sempat tak menerimanya. Namun Tommy kemudian sadar, apa yang terjadi pada dirinya harus berubah.

Dia beruntung bertemu dengan sebuah komunitas peduli HIV/AIDS di Bekasi yang begitu peduli mendampingi dirinya sebagai ODHA.

Keluarga Tommy juga ikut didampingi sampai akhirnya mereka kembali menerima keberadannya dengan kondisi terjangkit virus 'mematikan' itu.

"Ketika itu saya merasakan manfaat yang luar biasa dari adanya komunitas itu, saya dirangkul, diberi motivasi sampai saya bisa bangkit menata hidup saya lagi. Saya berhenti pakai narkoba yang sudah belasan tahun 'menidurkan' saya," ujar pria kelahiran Jakarta, 14 Desember 1975 itu.

Tanggung jawab

Dari pengalaman yang didapatnya, Tommy terus belajar menghargai hidup meskipun sebagai ODHA. Dia pun memutuskan menikah dengan wanita pujaan hatinya, Neni Latief, sampai kemudian memiliki anak perempuan yang ia beri nama Kenayu (4).

"Saya memberanikan diri (menikah) karena pernikahan sebagai kontrol bagi diri. Saya harus bertanggung jawab dengan pernikahan saya," ujar anak ketiga dari lima bersaudara itu.

"Termasuk bertanggung jawab terhadap anak saya. Saya berjuang bagaimana anak saya ini bisa lahir dengan selamat dan sehat. Saya tidak mau gambling, anak saya lahir di RS di Semarang yang memiliki alat lengkap dan anak saya sehat," lanjutnya.

Pria yang kini tinggal di Dusun Kalitan, Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, itu lantas berniat untuk membentuk sebuah komunitas yang khusus memberikan dukungan kepada ODHA di wilayah Kabupaten dan Kota Magelang.

Ide itu muncul dari pengalamannya saat tinggal di Bekasi dan pengalaman saat pertama pindah ke Magelang.

Kala itu, ia masih kesulitan mendapatkan obat antiretroviral (ARV). Padahal obat itu wajib diminum ODHA setiap hari seumur hidupnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com