Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

41 Anak Tewas karena Penyakit Misterius di Papua

Kompas.com - 27/11/2015, 07:07 WIB
Kontributor Jayapura, Alfian Kartono

Penulis

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Mesak Kogoya membenarkan kasus kematian puluhan anak akibat penyakit misterius di Kabupaten Nduga.

Dari laporan yang ia terima, kasus kematian anak terjadi di dua distrik, yakni Distrik Mbua dan Distrik Mbulmu Yalma.

Sejak mendapat laporan kejadian ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga sejak 3 hari lalu sudah menerjunkan tim ke lokasi dan hingga kini belum ada lagi laporan penambahan korban.

"Dari laporan yang kami terima, kasus kematian anak tersebar di beberapa kampung, masing-masing; Kampung Digilmo, Kampung Imanuel, Kampung Opmo, Kampung Dal, Kampung Labirik dan Kampung Berapngin," jelas Mesak di sela kunjungan kerja di Jayapura.

Mengenai pelayanan kesehatan di dua distrik tersebut, diakui Mesak belum maksimal karena keterbatasan tenaga medis dan kondisi geografis jarak antar kampung yang berjauhan yang hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki.

Di Distrik Mbua, sudah ada puskesmas lengkap dengan tenaga dokter dan paramedis yang terletak di pusat distrik.

Berbeda dengan Distrik Mbulmu Yalma, di distrik pemekaran itu hanya ada puskesmas pembantu.

"Di Distrik Mbua sudah ada puskesmas lengkap dengan dokter dan paramedis tapi dengan kondisi seperti ini mereka sulit untuk berpindah dan hanya di pusat distrik saja. Di sana juga sudah ada Satgas Kaki Telanjang, tenaga medis yang dibentuk UP2KP (Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua) yang beranggota 7 orang tenaga medis, namun tetap terkendala kondisi geografis karena jarak antar kampung berjauhan dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki," ungkap Mesak.

Berbeda dengan ciri-ciri penyakit misterius yang diungkapkan Yan, Mesak mengaku mendapat laporan ciri-ciri balita yang terserang penyakit misterius ini mengalami deman tinggi dan kejang-kejang.

"Tidak ada mencret, penderita hanya mengalami demam tinggi, lalu kejang-kejang dan akhirnya meninggal dunia," jelas Mesak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com