Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gustri, Guru yang "Nyambi" Jadi Pemusik "Death Metal"

Kompas.com - 25/11/2015, 15:08 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com — Menyalurkan hobi bermain musik di sela rutinitas sebagai guru bukanlah hal sukar bagi Gustrianus. Namun, musik yang digemari lelaki ini bukanlah musik yang disukai banyak orang.

Pria berusia 32 tahun ini menggeluti aliran dayaknese death groove machine, salah satu aliran dalam genre death metal ala musik underground.

Bagi pria yang dikenal sebagai "Gustri Fleksibel" alias Gustri ini, menjadi guru merupakan hal yang menyenangkan. Menurut dia, apa yang disampaikan kepada siswa dalam proses belajar mengajar bak menularkan hal positif.

"Namun, menjadi guru gak boleh kaku. Rutinitas itu-itu saja bakal bikin boring. Wajib bisa memberi warna di dalam kehidupan sehari-hari. Mumpung dikasih talent bermusik, nah itu yang aku manfaatkan untuk memberi warna di sela rutinitas sebagai guru," kata Gustri di Pontianak, Rabu (25/11/2015).

Gustri selalu menyempatkan diri untuk menyalurkan ide ke dalam lirik lagu untuk band-nya yang bernama Parkinson.

"Kebetulan event manggung selalu di akhir pekan, jadi tidak mengganggu aktivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah dan tidak mengganggu profesi sebagai guru," kata Gustri.

Sejak tahun 2009, Gustri sudah mengabdikan diri sebagai guru bimbingan konseling di SMA Negeri 3, Pontianak.

Sarjana pendidikan dari IKIP PGRI Pontianak ini pun mulai menggeluti hobi musik keras tersebut sejak tahun 2002 silam.

Kenapa mesti memilih jalur death metal dalam bermusik? Gustri mengungkapkan, genre musik metal bisa membuat segar suasana. Menurut dia, ada kepuasan batin dan emosi negatif pun tersalurkan lewat musik.

"Puji Tuhan, sebagian siswa responsnya bagus. Malah dari siswa merasa senang gurunya bermain di genre musik metal dan doyan headbangers," kata Gustri.

Kolega guru pun tak mempersoalkan kegemarannya tersebut. Jika ada yang berpandangan negatif, Gustri pun berusaha mengklarifikasi dengan cara pandang positif.

Tak hanya musik ingar-bingar saja yang digelutinya. Musik etnik tradisional suku Dayak di Kalimantan pun menjadi salah satu kegemarannya.

Terbukti, pada tahun 2010, dia pernah meraih juara nasional membawa nama Kalimantan Barat dalam event Gita Permata Nusantara yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah.

Kembali pada tahun 2014, Gustri bersama tim etniknya meraih penghargaan sebagai penyaji musik terbaik dalam event yang sama.

Hobi dan kegemarannya bermusik tak hanya sebatas pada aksi panggung saja. Gustri pun memiliki sebuah studio musik dan menjual pernak-pernik bergambar grup bandnya maupun band-band beraliran metal lainnya.

"Ya sebagai usaha sampingan untuk menambah pemasukan keluarga dan menghidupi anak istri saya. Yang penting halal dan tidak merugikan," kata dia.

Gustri berharap semakin banyak anak muda yang berminat menjadi guru yang punya kualifikasi lebih tinggi lagi.

"Semoga banyak generasi muda menjadi guru yang revolusioner, kekinian, punya semangat pembaruan, yang selalu update dan tidak kaku, serta kesejahteraan guru juga diperhatikan," ujar pria yang berstatus pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintahan Kota Pontianak tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com