Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil Akui Selama Ini Fokus di Pusat Kota daripada Pinggiran

Kompas.com - 12/11/2015, 13:35 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil tak menyangkal bahwa pada dua tahun kepemimpinannya, perkembangan pembangunan lebih difokuskan di pusat kota.

Dia menilai, pusat kota merupakan representasi dari kondisi Bandung saat ini.

Hal itu disampaikan pria yang kerap dipanggil Emil itu terkait adanya protes dari warga soal pembangunan kota yang terkesan tebang pilih (Baca juga: Ciroyom Kumuh dan Tak Tertata, ke Mana Ridwan Kamil?).

"Saya sudah jawab di Facebook. Sekarang saya tanya begini, kenapa orang mempersepsikan kenapa pembangunan banyak di tengah. Begini logikanya, kalau kamu harus membangun sebuah kawasan saya tanya dimulai dimana dulu? Saya putuskan dimulai di tengah dulu. Kenapa di tengah, karena tengah adalah wajah. Karena dia didatangi warga, tamu dan didatangi pertumbuhan ekonomi yang luar biasa," kata Emil di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Kamis (12/11/2015).

Emil itu menjelaskan, pembenahan tiap daerah bakal dilakukan secara bertahap. Dia mengibaratkan, saat ini dirinya masih kuliah tingkat dua. Artinya, lanjut dia, masih banyak pekerjaan rumah yang belum bisa terselesaikan.

"Pak Ridwan Kamil teh baru dua tahun, kalau kuliah mah baru tingkat dua. Banyak yang berharap ditingkat dua saya sudah lulus skripsi. Kenapa Cicadas belum, kenapa ini belum. Nah, selama dua tahun ini saya mulai dari yang mudah dulu bukan berarti yang problem dikomplainkan itu tidak akan sampai, hanya masalah waktu saja," ungkapnya.

Dia pun membantah bahwa pembangunan di Kota Bandung tak merata. Menurut dia, Pemerintah Kota Bandung telah mengantisipasi pemerataan pembangunan dengan Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK).

Dalam program itu, tiap RW mendapat kucuran dana sebesar Rp. 100 juta untuk pembangunan wilayah.

"Coba cek ada gak kota atau kabupaten yang memberikan anggaran ke seluruh penjuru mata angin di Bandung 1561 RW supaya dana itu dibelanjakan supaya tidak sirik-sirikan. Jadi menurut saya sangat merata, hanya yang besar-besar dalam dua tahun kita dahulukan di tengah," ucap Emil.

Dia menganggap komplain itu merupakan bentuk ekspektasi masyarakat yang dianggap wajar.

"Saya memaklumi orang ingin instan, saya terima kritikannya tapi saya sampaikan apa adanya. Gak masalah, kalau gak mau terima kritik jangan jadi pejabat," ungkap Emil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com