Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Jurus Ganjar Pranowo Atasi Kekeringan di Jateng

Kompas.com - 27/10/2015, 16:57 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mempunyai cara cepat untuk menanggulangi kekeringan di berbagai daerah.

Upaya itu disebut langkah cepat tanggap darurat. Pada musim kemarau seperti saat ini, kebutuhan air bersih menjadi yang terpenting.

Ganjar menegaskan, musim kemarau dan kekeringan adalah hal yang biasa, yang semestinya diantisipasi dengan pola perencanaan.

“Tugas kita menyiapkan perencanaan satu tahun sebelumnya. Ketika air enggak datang, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah reaksi cepat tanggap darurat,” ujar Ganjar, Selasa (27/10/2015).

Politisi PDI Perjuangan itu melanjutkan, ketersediaan air bersih harus ada dan sesegera mungkin disalurkan ke masyarakat.

Hal itu untuk menjamin kebutuhan dasar warga negara. Atas hal itulah, semua pemkab dan pemkot di Jawa Tengah diminta menyiapkan mobil tangki air yang terus bergerak memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pemprov Jateng membantu melalui tiga kantor badan koordinasi wilayah (Bakorwil).

“Saya juga gandeng BUMN, kelompok masyarakat untuk terlibat. Bahkan, para pelajar rela iuran untuk membeli air kemudian disebarkan ke masyarakat yang membutuhkan,” tambahnya.

Kepedulian warga sekitar itulah yang coba dibangun agar kepedulian terhadap sesama meningkat.

Selain langkah tersebut, Pemprov Jateng juga merealisasikan konsep tabungan air.

Salah satu caranya dengan pembangunan 1.000 embung di berbagai wilayah, terutama di wilayah pegunungan.

Tiap embung dibangun dengan bantuan perangkat teknologi geomembran. Air di dalam embung, terutama yang berada di pegunungan, bisa digunakan atau ditabung untuk menghadapi musim kemarau.

“Satu embung biasanya anggarannya Rp 3 miliar, tapi ada juga yang Rp 1 miliar. Nanti kalau sudah jadi, embung juga bisa jadi tempat wisata,” tambahnya.

Embung dengan geomembran dipasang di sisi dalam embung. Setelah tanah dikeruk hingga kedalaman 300 meter, di atasnya dilapisi membran, baru diberi air.

“Jadi desainnya ditaruh atas, di bagian bawah dikasih keran-keran,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com