Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penutur Tinggal 5.000 Orang, Bahasa Suwawa Diprediksi Akan Punah

Kompas.com - 22/10/2015, 20:29 WIB
Kontributor Gorontalo, Rosyid A Azhar

Penulis


 
GORONTALO, KOMPAS.com – Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo diperkirakan punah dalam waktu 75 tahun.

Prediksi ini disampaikan Dr Sukardi Gau, peneliti dari Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, saat mengunjungi Desa Tulabolo Barat, Kecamatan Suwawa Timur, Kamis (22/10/2015).

Estimasi punahnya bahasa Suwawa ini berdasarkan pada jumlah penutur yang saat ini hanya berjumlah 5.000 orang. Mereka tersebar di beberapa desa di Kabupaten Bone Bolango.

Sukardi melakukan penelitian tahun lalu dan mendapatkan data-data awal yang menunjukkan adanya perubahan dalam penggunaan bahasa Suwawa.

Menurutnya pada 1960-an hingga 1980-an bahasa Suwawa merupakan bahasa ibu suku itu yang diajarkan langsung kepada anak-anak sejak usia dini.

Memasuki era 1980-an sampai saat ini, bahasa ibu orang Suwawa adalah bahasa Indonesia atau bahasa dialek Melayu Manado. Ketika anak-anak Suwawa menginjak duduki di bangku kelas 5-6 sekolah dasar barulah bahasa Suwawa diajarkan.

“Telah terjadi perubahan penggunaan bahasa Suawawa di keluarga, dulunya bahasa ibu adalah bahasa Suwawa sekarang bahasa ibu adalah bahasa Indonesia dialek Melayu Manado," ujar  Sukardi.

"Anak-anak belajar bahasa ibu atau bahasa Suwawa saat sekolah SD bahkan ada yang SMP” tambah dia.

Lucunya, menurut Sukardi Gau, di sekolah justru yang diajarkan adalah bahasa Gorontalo. Menurutnya pengajaran bahasa Gorontalo untuk anak-anak suku Suwawa adalah kebijakan pemerintah.

Selain itu, Sukardi melihat suku Suwawa merasa diri mereka sangat Gorontalo sehingga menerima saja pelajaran bahasa Gorontalo di sekolah-sekolah.

Apalagi untuk interaksi antarwarga di wilayah ini, bahasa Gorontalo menjadi bahasa pergaulan sehari-hari.

Saat mengunjungi sekolah dasar di Tulabolo Timur, sejumlah siswa di sekolah tersebut terdengar berbahasa Indonesia dengan dialek Melayu Manado.

Bahkan saat diminta untuk mengartikan kata-kata tertentu dalam bahasa Suwawa para siswa tersebut kesulitan.

Bahasa Suwawa saat ini dituturkan masyarakat yang mendiami sebagian wilayah Kabupaten Bone Bolango. Saat ini penuturnya sebagian besar adalah warrga lanjut usia.

“Jika diperkirakan satu generasi 25 tahun, maka dalam tiga generasi ke depan atau 75 tahun lagi bahasa Suwawa akan kehilangan penutrurnya” kata Sukardi Gau.

Semakin sedikit penutur bahasa Suwawa, semakin sedikit pula kemampuan menyimpan kosa kata setiap orang, sehingga sebagai ingatan kolektif bahasa Suwawa akan mengalami penurunan.

Apalagi tidak dalam setiap percakapan bahasa ini digunakan. Lazimnya penutur bahasa ini akan menyesuaikan bahasa dengan lawan bicaranya. Dalam banyak kasus, penutur bahasa Suwawa juga mahir menggunakan bahasa Gorontalo.

Penutur bahasa Suwawa, di masa lalu, mendiami kawasan yang luas terutama daerah-daerah di kecamatan Suwawa sebelum pemekaran.

Namun saat ini penutur bahasa Suwawa tinggal 5.000-an orang yang tinggal tersebar di desa-desa pinggiran di pecahan kecamatan Suwawa, seperti di wilayah Dumbaya Bulan, Tulabolo dan sekitarnya, yang berbatasan dengan kawasan hutan.
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com