"Kepemimpinan kota atau kabupaten bagi saya bukan kepemimpinan jaga warung, kitanya pasif nunggu orang yang datang memberi bantuan. Kita harus kayak MLM, kota kabupatennya harus meriset di mana ada sumber bantuan itu kemudian mendatangi dan meyakinkan sumber bantuan itu. Itulah yang saya praktikkan. Istilah Inggris-nya proactive government," papar Emil di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Jumat (9/10/2015).
Sebab itu, kata Emil, sejumlah kunjungannya ke luar negeri bukan semata basa-basi memperkenalkan budaya. Namun, mendapatkan hasil yang lebih nyata dalam bentuk bantuan dana.
"Tolong berikan dimensi, bahwa kunjungan saya ini bukan hanya basa-basi sister city budaya saja, tapi menghasilkan bantuan yang memang riil," tuturnya.
Dari sejumlah kunjungannya ke luar negeri, Emil berhasil memikat pihak asing untuk mengucurkan sejumlah bantuan. Di antaranya, Pemkot Bandung mendapat bantuan dana 4,6 juta euro dari pemerintah Belanda untuk perbaikan pengelolaan distribusi air minum. Kota Bandung juga mendapat enam investor Perancis untuk membantu membangun cable car.
"Bantuan sudah banyak, Singapura bantu sekolah PNS dan smart city. Dari Amerika itu road safety, Belanda menghasilkan 4,6 juta, Perancis dapat cable car, dari Jepang capacity building smart city dan dua biodigester raksasa," jelasnya.
Dia mengungkapkan, pemerintah asing bakal percaya jika level wali kota yang datang dan meyakinkan. "Karena itu masalah kehormatan diplomatik. Jaman sekarang kalau mau rejeki harus jemput bola enggak bisa nunggu didatangi. Maka saya terbang ke sana-sini tujuannya sudah saya riset dan pelajari. Maka dipilih yang menghasilkan," ucap Emil.